Kualitas Kredit BNI Membaik, Tren Restrukturisasi Menurun

Bisnis.com,26 Feb 2019, 09:29 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang Bank BNI, di Jakarta, Senin (25/2)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. optimistis dapat terus melanjutkan tren perbaikan kualitas kredit yang terjadi pada tahun lalu.

Direktur Manajemen Risiko BNI Bob Tyasika Ananta menargetkan tingkat rasio restrukturisasi dan hapus buku kredit terhadap total kredit dapat terus menurun dibandingkan tahun lalu. Dia optimistis situasi ekonomi yang lebih baik pada tahun ini akan berdampak positif terhadap kemampuan debitur.

“Kami proyeksikan rasio kredit restrukturisasi terhadap total kredit akan turun dibandingkan tahun sebelumnya di kisaran 5%—6%, demikian juga dengan write off,” jelasnya kepada Bisnis, belum lama ini.

Sejalan dengan proyeksi tersebut, Bob mengatakan perseroan juga menargetkan rasio pengembalian atau recovery rate dapat meningkat ke level 35%—40%. Adapun, untuk rasio pencadangan atau coverage ratio dipatok di kisaran 155%.

“Kami targetkan recovery rate yang lebih tinggi di kisaran 35%—40%, dan kami juga optimis dapat terus meningkatkan coverage ratio kurang lebih di kisaran 155% untuk 2019,” jelasnya.

Pada 2018, total nilai hapus buku kredit bermasalah di BNI mencapai Rp7,44 triliun, menurun dibandingkan posisi pada akhir 2017. Semua segmen mengalami penurunan hapus buku, kecuali segmen kecil yang meningkat dari Rp1,91 triliun menjadi Rp2,15 triliun.

Bob menjelaskan, hapus buku pada segmen debitur kecil lebih didominasi oleh sektor perdagangan. Hal itu menurutnya disebabkan oleh perubahan situasi ekonomi yang cukup berdampak kepada bisnis para debitur di segmen tersebut.

“Namun demikian, secara umum recovery kredit segmen small juga banyak berasal dari setoran oleh debitur di sektor ini dan juga produk KUR [Kredit Usaha Rakyat] karena telah ada pembayaran klaim asuransi yang kami ajukan,” jelasnya.

Adapun, total restrukturisasi kredit BNI mencapai Rp29,3 triliun, turun Rp1,1 triliun dibandingkan 2017. Penurunan tersebut disebabkan oleh selesainya periode restrukturisasi beberapa debitur dan keberhasilan strategi restrukturisasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodilah Muqoddam
Terkini