Bisnis.com, MEDAN -- Bank Sumut menjadi tumpuan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara guna mencapai target pendapatan asli daerah (PAD).
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sumatra Utara Agus Tripriyono mengatakan pihaknya optimistis dengan target yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2018-2023. Dalam penetapan itu, pada 2023, Sumut harus mengumpulkan pendapatan Rp18 triliun.
Adapun, pihaknya mengandalkan Bank Sumut sebagai kontributor dividen terbesar dibandingkan badan usaha milik daerah (BUMD) lain.
Menurutnya, bisnis bank pelat merah itu terus tumbuh sehingga bisa memberikan dividen yang besar kepada pemegang saham. Sebagai gambaran, Bank Sumut memberikan sekira Rp200 miliar pertahun seiring dengan pertumbuhan laba perusahaan.
Pada 2018, Bank Sumut mengumpulkan laba sebesar Rp501,11 miliar. Kemudian, perseroan juga mengumpulkan pendapatan bunga dan syariah Rp3,19 triliun. Sepanjang 2018 pun perusahaan menyalurkan kredit segmen konvensional sebesar Rp19,37 triliun dan mendapatkan dana pihak ketiga sebesar Rp22,12 triliun.
"Target kami yang paling utama, Bank Sumut. [Dividen] sampai Rp200-an miliar. Kalau labanya meningkat, otomatis dividen meningkat. Tetapi labanya memang terus tumbuh," ujarnya usai menghadiri penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD di Gedung DPRD Provinsi Sumut, Senin (25/2/2019).
Dia pun berharap di tahun ini seluruh anggaran bisa diserap karena tahun lalu, sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) menyentuh Rp1 triliun karena penundaan pembayaran dana bagi hasil (DBH). Angka ini, katanya, terdiri dari sekira Rp300 miliar DBH pada 2017 dan Rp800 miliar pada 2018. Setiap kuartalnya, dia menyebut penyerapan 25% anggaran bisa menyentuh 80%.
Adapun, fokus pembangunan infrastruktur yakni pada pembangunan konektivitas antarwilayah. Untuk jalan mantap ditargetkan mencapai 90%, pembangunan moda transportasi massal seperti kereta ringan (light rail transit/LRT).
Selain itu, pembangunan jalan alternatif Medan-Berastagi, penataan kawasan pada koridor Sei Mangkei-Kuala Tanjung, akses jalan lingkar Pulau Nias serta pemenuhan infrastruktur pelayanan dasar mulai dari irigasi, air minum, sanitasi, listrik, penyediaan rumah laik huni hingga penataan kawasan kumuh pada sempadan sungai di wilayah perkotaan.
Lalu, sejalan dengan persiapan penyelenggaraan pekan olahraga nasional (PON) XXI pada 2024, disiapkan beberapa venue baru dan rehabilitasi venue eksisting.
"Silpa kami Rp1 triliun di akhir tahun [2018]. Sedang dihitung tetapi berdasarkan posisi kas 31 Desember, sekitar Rp940 miliar," katanya.
Adapun Bank Sumut kini dipimpin Muchammad Budi Utomo yang diangkat menjadi Direktur Utama Sementara PT Bank Sumut untuk enam bulan ke depan. Pengesahan pengangkatan ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Sumut Tahun 2019, awal Februari ini.
Sebelumnya Budi Utomo (53 tahun) merupakan komisaris independen mewakili Pemprov Sumut selaku pemilik saham. Dia baru diangkat sebagai komisaris sejak 30 Oktober 2018 lalu dalam RUPSLB pasca pengunduran diri Edie Rizliyanto sebagai Dirut Bank Sumut.
RUPSLB Bank Sumut Tahun 2019 dipimpin langsung oleh Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi. Turut hadir sejumlah bupati dan wali kota yang tercatat sebagai pemilik saham.
Usai rapat, Edy didampingi Wagubsu Musa Rajekshah mengatakan bahwa Budi Utomo akan bertugas mengisi kekosongan Dirut. "Setelah itu, akan dilakukan proses pencarian dan pemilihan Dirut yang akan mengawaki Bank Sumut ini. Pendaftaran untuk Dirut ini akan kami buka bulan Maret, karena masih ada ketentuan-ketentuan yang sedang disusun," ujar Edy seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (17/2/2019).
Sebagai Dirut Sementara Bank Sumut, kata Edy, Budi Utomo tidak diperkenankan membuat kebijakan apa pun melainkan akan bertugas untuk memutuskan hal-hal yang tidak bersifat strategis.
Keberadaan Budi Utomo diharapkan mampu membuat operasional dan proses pemilihan Dirut Bank Sumut berjalan lancar.
Sementara itu, Budi Utomo menyampaikan bahwa tugas utama yang menjadi prioritasnya selama enam bulan antara lain menjaring pemimpin-pemimpin Bank Sumut yang lebih baik.
"Kemudian, menjalankan roda Bank Sumut untuk bisa maksimal operasionalnya, karena diperlukan kehadiran pemimpin. Sehingga Bank Sumut tidak stuck di sini, masih banyak PR yang harus kita selesaikan, kita harus mampu memperbaiki kinerja Bank Sumut," kata Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel