Bisnis.com, JAKARTA — Minggu lalu, saya menulis di sini soal kolaborasi. Memaknai uang sebagai alat kolaborasi, begitu kira-kira intinya. Terkadang, ketika mendengar kata kolaborasi, orang cenderung menarik diri.
Sebelum lebih jauh, saya mau cerita. Beberapa hari lalu, saya mendapat undangan untuk menghadiri sebuah gathering sebuah komunitas. Hadir dalam acara itu adalah salah satu menteri Kabinet kerja paling berpengaruh.
Padahal di undangan itu tertulis undangan untuk pengusaha, akademisi, dan sejumlah tokoh. Saya jadi mikir, saya ini apa. Akademisi ya bukan, pengusaha apalagi jelas bukan, tokoh juga tidak. Cuma sering nulis kolom saja di Bisnis.com.
Singkatnya, saya datang di acara itu. Ternyata, ini sangat berkait dengan makna kolaborasi. Sadar atau tidak, jelang Pemilu 2019, semua membangun kolaborasi. Alumni universitas sana deklarasi dukung calon presiden Joko Widodo. Alumni unversitas sini, dukung calon presiden Prabowo Subianto.
Jumlah yang hadir tidak cuma 1—2 orang. Yang hadir ratusan bahkan ribuan orang.
Itulah yang saya sebut kolaborasi. Kalau Anda berkolaborasi, bukan cuma dengan 1—2 orang. Kalau kolaborasi hanya dengan 1—2 orang, pasti ada yang pegang kendali. Nah yang kendalinya tidak besar, sekadar jadi pesuruh saja. Kalau salah satu mundur atau ambruk, ya semua ambruk.
Kolaborasi tidak demikian. Kolaborasi itu membentuk jaringan, membentuk komunitas. Komunitas ABC, nantinya nyambung ke komunitas DEF, nyambung lagi ke komunitas GHI, hingga ujung komunitas Z.
Sama halnya dalam bisnis, membangun usaha. Kolaborasi menjadi hal penting. Kalau bingung memulai kolaborasi dengan komunitas, ya mulailah dulu dari lingkungan Anda. Keluarga, teman-teman sekantor, teman-teman di luar kantor, atau teman sesama penghobi.
Tentu mereka tidak hanya 1—2 orang. Mereka berkelompok. Saling menopang dan membangun jejaring itu penting.
Catat satu hal, syarat kolaborasi adalah jangan mengajukan syarat. Saya mau begini, saya mau begitu, syaratnya ini itu. Ketemu yang seperti itu, tinggalkan saja. Saya mau setor modal, tapi harus kembali dalam waktu sekian lama. Lebih baik undur diri.
Kolaborasi itu saling memahami dan meredam egoisme. Misal Anda kolaborasi dengan lima orang, satu orang pergi, bukan soal Anda bisa cari pengganti. Kalau Anda kolaborasi dengan lima orang, empat orang pergi, berarti pribadi Anda lah yang harus instropeksi diri.
Penulis
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Motivator Uang
Untuk pertanyaan dan informasi buku elektronik terbaru, bisa diajukan melalui alamat: goenardjoadigoenawan@gmail.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel