Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mega Tbk. menargetkan dapat meraup pertumbuhan pendapatan non bunga naik hingga digit ganda atau 10%. Salah satu strategi yang akan digencarkan melalui pengembangan digital.
Direktur Utama PT Bank Mega Tbk. Kostaman Thayib mengatakan tahun lalu perseroan harus mengalami penurunan pendapatan non-bunga atau fee based income (FBI) sebesar 7,4% atau dari Rp2,18 triliun pada Desember 2017 menjadi Rp2,02 triliun pada Desember 2018.
Menurutnya, hal itu karena satu poin sumber pendapatan FBI yakni penjualan surat berharga tidak dijalankan pada tahun lalu.
"2017 kami banyak jual bond, tahun lalu tidak jadi FBI harus turun tetapi itu tidak terlalu menjadi masalah karena memang resiko sumber penghasilan yang tidak menentu," katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Kostaman melanjutkan untuk itu tahun ini perseroan bertekad mengembangkan produk digital agar kembali mendorong pertumbuhan seperti yang diharapkan pada tahun ini.
Salah satu strategi yakni yang dilakukan melalui pembuatan chatbot atau layanan percakapan untuk melayani keluhan dan pertanyaan nasabah seperti yang sudah ada pada bank umum lainnya.
Jika tidak ada aral melintang perseroan akan menyematkan dalam aplikasi WhatsApp nasabah dan merencanakan akan merilis pada pertengahan tahun ini.
Bagi perseroan, pengembangan digital adalah sebuah keniscayaan. Pasalnya, tanpa ada tekfin, perilaku nasabah sudah berubah jadi mau tidak mau bank harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Sehingga meski dengan investasi yang terbilang masih kecil tetapi perseroan akan tetap berfokus ikut maju dalam perkembangan digital.
Sementara itu, menilik laporan keuangan perseroan dengan sandi saham MEGA ini sepanjang tahun lalu berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,59 triliun. Jumlah ini meningkat 23,02% dari Rp1,30 triliun pada 2017 lalu.
Peningkatan laba bersih ini diperoleh dari kenaikan pendapatan bunga sebesar 5,93% dari Rp6,39 triliun pada Desember 2017 menjadi Rp6,77 triliun pada Desember 2018 karena adanya pertumbuhan kredit.
"Peningkatan laba juga disebabkan adanya penurunan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aktiva Produktif atau CKPN sebesar Rp481 miliar atau turun 57% dibandingkan biaya CKPN 2017," kata Kostaman.
Kredit Bank milik taipan Chairul Tanjung ini juga tumbuh 19,96% menjadi Rp42,25 triliun dari Rp35,22 triliun pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari rata-rata industri nasional sebesar 11,75%.
Peningkatan kredit yang tinggi tersebut juga diikuti oleh kualitas kredit yang membaik, di mana NPL gross Bank Mega tercatat menjadi 1,60% dari sebelumnya sebesar 2,01%. Sementara NPL Net tercatat menjadi 1,27% dari sebelumnya sebesar 1,41%.
Dana pihak ketiga atau DPK relatif stabil atau mengalami sedikit penurunan sebesar 0,89% menjadi Rp60,73 triliun pada Desember 2018 dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp61,28 triliun.
Selain itu, perseroan juga menjaga cost of fund DPK dengan meningkatkan dana murah dan berusaha menjaga suku bunga deposito. Atas posisi kredit dan DPK ini, rasio LDR meningkat menjadi sebesar 67,23% dari posisi 2017 sebesar 56,47%.
Adapun, aset tumbuh 1,78% menjadi Rp83,76 triliun pada akhir Desember 2018 dan Rp82,30 triliun pada periode yang sama pada 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel