Asia Bakal Cetak Pertumbuhan Miliarder Tercepat di Dunia

Bisnis.com,06 Mar 2019, 15:39 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Mata uang Asia/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Asia diperkirakan akan mencetak pertumbuhan populasi miliarder tercepat di dunia selama empat tahun ke depan, terlepas dari adanya ketidakpastian ekonomi yang dipicu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Menurut laporan yang dirilis perusahaan konsultasi properti Knight Frank LLP. hari ini, Rabu (6/3/2019), jumlah miliarder di Asia akan meningkat 27% menjadi 1.003 antara tahun 2018 dan 2023, lebih dari sepertiga total populasi miliarder di dunia yang mencapai 2.696.

Sementara itu, tingkat pertumbuhan populasi miliarder untuk Amerika Utara dan Eropa masing-masing sebesar 17% dan 18%.

Asia juga akan mengalami peningkatan terbesar dalam hal jumlah individu yang memiliki aset bersih senilai US$30 juta atau lebih. Jumlah individu terbanyak diperkirakan bakal dicetak oleh India dengan lonjakan sebesar 39%, diikuti oleh Filipina dan China.

Kendati demikian, ketika banyak orang kaya mungkin menjadi semakin kaya, mereka juga akan menjadi lebih berhati-hati.

Semakin banyak individu di Asia yang berencana untuk menyimpan lebih banyak kekayaan mereka dalam bentuk tunai ketimbang aset-aset yang terdampak siklus pasar seperti emas atau obligasi.

Laporan Knight Frank juga menunjukkan bahwa properti tetap menjadi andalan dari portofolio mereka, dengan kepemilikan real estat sekitar 23%, sedikit di atas angka rata-rata global.

“Kami melihat penyeimbangan kembali portofolio menjauhi ekuitas menuju kelas-kelas aset yang lebih defensif,” ujar Nicholas Holt, kepala riset Knight Frank Asia Pasifik, seperti dilansir Bloomberg.

“Saat uang tunai, emas, dan private equity cenderung semakin ditargetkan, properti layak investasi (investment-grade property) dengan perjanjian penyewa yang kuat juga akan melihat minat yang signifikan selama 12 bulan ke depan,” lanjut Holt.

Menurut survei yang dilakukannya, investor di Filipina kemungkinan besar akan menempatkan lebih banyak uang ke dalam bentuk real estat.

Sementara itu, 40% responden di Australia memperkirakan penurunan alokasi ke dalam real estat selama 12 bulan mendatang di tengah penurunan pasar properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini