Produksi Minyak Libya On The Track, Ganggu Pemangkasan OPEC?

Bisnis.com,11 Mar 2019, 15:17 WIB
Penulis: Dika Irawan
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak Libya berada pada jalurnya atau on the track, usai negara tersebut melanjutkan kembali operasi di ladang minyak terbesar mereka.

menurut kalkulasi Bloomberg dari beberapa pihak yang mengetahui operasi tersebut, anggota OPEC itu memompa 1,17 juta barel per hari. Angka itu termasuk 200.000 barel per hari dari ladang Sharara yang barus saja dioperasikan, dengan volume dari reservoir selatan Libya diperkirakan meningkat menjadi 300.000 barel pada minggu ini.

Meningkatnya output Libya ini mempersulit upaya OPEC dan aliansinya untuk mengurangi produksi dan mencegah kelebihan pasokan minyak. Namun, Libya dibebaskan dari pemotongan karena kekacauan internal.

OPEC dan sekutunya dijadwalkan bertemu lagi pada April mendatang untuk membahas apakah akan melanjutkan pengurangan pasokan paruh kedua tahun ini atau tidak.

Sementara itu, para pengelola investasi terus menaruh pertaruhan pada reli minyak, sekalipun harga stagnan di level netral.

Mengutip Bloomberg, Senin (11/3/2019), investor telah menaruh pertaruhan bullish pada harga minyak mentah West Texas Intermediate ke level tertinggi dalam sebulan dan memotong taruhan short-selling ke level terendah sejak Oktober. Sepertinya mereka yakin bahwa berkurangnya pasokan global akan lebih dari cukup untuk menahan pelemahan ekonomi.

Harga minyak WTI mengakhiri perdagangan Minggu (10/3) dengan penguatan tipis 0,5%, sehubungan laporan mengecewakan pada data pekerjaan Amerika Serikat, ekspor China, dan pertumbuhan global yang mengaburkan prospek permintaan energi.

Namun, manajer keuangan tampaknya berfokus pada dampak pengurangan produksi OPEC, ledakan pipa di Negeria, dan sanksi AS terhadap Iran serta Venezuela.

Leo Mariani, seorang analis Keybanc Capital Markets Inc., mengatakan bahwa terdapat kemungkinan sejumlah ekspektasi bahwa ada sesuatu yang akan mendorong produksi minyak untuk turun di suatu tempat.

“Memicu sedikit optimisme dalam minyak mentah - tetapi saya pikir kita perlu melihat beberapa lebih banyak tindak lanjutnya,” katanya dikutip dari Bloomberg, Senin (11/3/2019).

Di sisi lain, Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy mengatakan, masa depan harga minyak sangat tergantung pada bagaimana akhir dari perang perdagangan AS-China. "Sampai kita mendapatkan indikasi yang jelas tentang bagaimana pertumbuhan permintaan [minyak] akan berjalan,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini