Ekonomi Global Makin Melambat, Emas Kembali Menguat

Bisnis.com,15 Mar 2019, 11:44 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali menguat seiring dengan perlambatan ekonomi global yang tampak semakin nyata sehingga membuat salah satu aset investasi aman dilirik investor untuk melindungi nilai.


Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (15/3/2019) pukul 10.37 WIB, harga emas di pasar spot menguat 0,18% menjadi US$1.298,49 per trou ounce, sementara harga emas di bursa Comex menguat 0,29% menjadi US$1.298,90 per troy ounce.


Mengutip riset analisis Bloomberg Economics, ekonomi global saat ini dalam bentuk terlemahnya sejak krisis keuangan satu dekade lalu. Hal tersebut tercermin dari beberapa perlambatan yang terjadi di sejumlah negara.


"China baru-baru ini mendapat lebih banyak bukti yang menegaskan perlambatan besar, dengan output industri dan penjualan ritel melambat serta lonjakan jumlah pengangguran. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa besar perlambatan itu akan terjadi dan apa saja stimulus China," tulisnya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/3/2019).


Perdana menteri Cina berjanji pada hari Jumat bahwa mereka tidak akan menggunakan pelonggaran kuantitatif atau pengeluaran defisit besar-besaran untuk mengurangi perlambatan tersebut.


Selain itu, terlepas dari klaim kemajuan dalam pembicaraan oleh kedua belah pihak, pertemuan puncak yang diharapkan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dikabarkan akan terjadi pada akhir April.


Pertemuan untuk menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang dagang Amerika Serikat dan China sebelumnya direncanakan pada 27 Maret mendatang. Diundurnya pertemuan tersebut maka akan meningkatkan ketidakpastian di pasar.


Jepang juga mendapat lebih banyak berita buruk tentang sentimen manufaktur dan data investasi, semakin membebani laju pertumbuhan ekonomi.


Sementara itu di Eropa, ketidakpastian tentang bagaimana dan kapan Inggris akan keluar dari Uni Eropa masih tetap ada setelah parlemen setuju untuk menunda tenggat waktu 29 Maret untuk Brexit dan siap mendukung Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk menghasilkan kesepakatan perdagangan dengan UE.

Adapun, Jerman, pendorong pertumbuhan Eropa, tidak bisa bersembunyi dari risiko eksternal yang menakutkan sehingga akan memberikan tekanan ekonominya. Tidak hanya itu, Turki baru saja memasuki resesi pertamanya dalam satu dekade.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini