Sentra Perikanan Talaud Sulit Berkembang Karena Masalah Energi

Bisnis.com,19 Mar 2019, 20:00 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
Warga Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara menukarkan uang logam rupiah kepada petugas Bank Indonesia (BI) yang didampingi TNI AL dalam ekspedisi Menuju Batas Utara NKRI, Kamis (18/10)./Bisnis-Deandra Syarizka

Bisnis.com, MANADO — Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Talaud Sulawesi Utara belum dapat menjadi pusat bisnis perikanan mandiri lantaran permasalahan ketersediaan infrastruktur penunjang.

Sekretaris Dinas Kelautan Dan Perikanan (DKP) Daerah Provinsi Sulut Haidy Malingkas mengatakan bahwa rencana pengembangan SKPT Talaud menjadi pusat bisnis perikanan mandiri ditargetkan dapat dimulai pada tahun ini.

“Kami berharap 2019 ini sudah jadi bisnis mandiri, dari kemarin juga setalah ada pengiriman ekspor perdana, tapi kenyataannya di lapangan tidak semulus itu, jadi akhirnya komoditas tetap dikumpulkan ke Bitung juga,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (18/3/2019).

Dia menjelaskan, SKPT di Talaud meliputi dua pulau yang dikelola oleh DKP. Kendala utama dalam mewujudkan rencana pengembangan pusat bisnis tersebut adalah ketersediaan listrik dan air bersih yang belum mencukupi.

Dengan ketersediaan energi yang terbatas itu, kepasitas produksi di kawasan itu tak mampu mencapai potensi besarnya. Menurutnya, perlu ada pembangunan infrastruktur untuk menunjang sumber energi yang dibutuhkan.

“Kalau pasokan listrik terbatas, operasinya juga akan terbatas, jadi perikanan itu tidak akan berdiri sendiri kalau tidak ditunjang dengan sektor lainnya. Di samping tentunya kualitas nelayan dari sisi kesehatan, pendidikan, mereka perlu juga infrastruktur yang bisa memobilisasi mereka,” jelasnya.

Menurutnya, ketersediaan listrik menjadi sangat penting untuk menunjang sistem rantai dingin yang dikembangkan di sana. Integrated cold storage (ICS) dan pabrik es yang tersedia membutuhkan pasokan listrik besar.

Dalam uji coba yang dilakukan selama ini, ketersediaan listrik sebenarnya bisa menunjang kegiatan pembekuan ikan tersebut. Namun, konsekuensinya hal itu membuat aliran listrik ke daerah pemukiman warga terputus.

Selain itu, menurutnya transportasi dan logistik untuk pengangkutan hasil produksi juga masih minim tersedia. Menurutnya perlu ada pasokan listrik besar untuk menggerakan kargo berpendingin, atau menambah ketersediaan kapal-kapal pengangkut yang palka.

“Nah semua kita sudah bangun, ada SPDN [solar pack dealer nelayan], ICS, pabrik es ada, jadi rata-rata infrastruktur yang dibutuhkan sebetulnya ada di situ, cuma memang kontinuitasnya yang belum, terkendala dengan itu [energi], jadi artinya perikanan memang tidak bisa berdiri di sana,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini