Kinerja Dagang Rawan Dampak Gejolak Nilai Tukar

Bisnis.com,19 Mar 2019, 11:01 WIB
Penulis: Yustinus Andri DP
Kegiatan bongkar muat perdana di Makassar New Port, Sulawesi Selatan, Kamis (10/1/2019). Pelindo IV Makassar memulai kegiatan bongkar muat di Makassar New Port (MNP) Tahap I./ANTARA-Yusran Uccang

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dinilai masih sangat rawan terpapar oleh fenomena pelarian arus modal keluar yang tinggi. Hal itu dinilai dapat semakin menekan kinerja perdagangan RI.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Putu Rusta Adijaya mengatakan tingginya capital outflow dapat memengaruhi kondisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama dunia. Hal itu menurutnya, akan dapat berdampak pada performa ekspor dan impor.

“Untuk itu pemerintah seharusnya melakukan pencegahan supaya modal tidak keluar dari Indonesia, salah satunya melalui kebijakan yang pro investasi,” jelasnya, seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (19/3/2019)

Di sisi lain, dia juga meminta pemerintah  mewaspadai capaian neraca perdagangan Indonesia pada Februrari lalu.

Pasalnya, kendati mencatatkan surplus, Indonesia dihadapkan oleh menurunnya impo, terutama untuk bahan baku dan penolong yang menjadi kebutuhan penting bagi manufaktur RI.  Sementara itu, ekspor RI pun juga mencatatkan penurunan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statitstik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada Februari 2019 mencapai US$12,53 miliar atau menurun 10,03% dibandingkan dengan  ekspor Januari 2019. Nilai impor Indonesia pada bulan yang sama mencapai US$12,20 miliar atau turun 18,61% dari bulan sebelumnya.

Dia mengatakan, pelambatan ekonomi di China dan juga perang dagang yang terjadi antara China dan Amerika Serikat tentu menjadi faktor pendorong yang sangat kuat bagi kinerja perdagangan RI.

“Sebagai salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia, segala kebijakan yang diambil oleh AS akan sangat memengaruhi Indonesia. Sekarang di bawah pemerintahan Donald Trump, Amerika terus menggencarkan ekspor di sektor migas dan mengurangi impor migas dari negara lain, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Dia menilai, ketidakpastian global tersebut seharusnya mendorong Indonesia untuk mencari pasar ekspor lain untuk ekspor migas.

Dalam hal ini. lanjutnya, pemerintah perlu mengintensifkan berbagai upaya untuk kembali meningkatkan nilai ekspor. Salah satunya melalui diversifikasi pasar ekspor ke negara nontradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Demis Rizky Gosta
Terkini