Ini Strategi Prabowo-Sandiaga Genjot Suara di Masa-masa Akhir Kampanye

Bisnis.com,20 Mar 2019, 16:12 WIB
Penulis: Lalu Rahadian
Pasangan nomor urut 02 Capres Prabowo Subianto (kiri) dipijit Cawapres Sandiaga Uno saat mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Pendukung dan tim kampanye calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan fokus mendekati pemilih yang belum menentukan sikap pada sisa masa kampanye 23 hari terakhir menuju pemilihan presiden 2019.

Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN), Prabowo-Sandi Drajad Wibowo mengatakan, pendekatan terhadap swing voters akan dilakukan karena mereka dianggap ingin perubahan dari pemilu kali ini. Akan tetapi, para pemilih tersebut belum merasa yakin untuk memilih Prabowo-Sandiaga.

“Peluang untuk merebut suara mereka sangat besar. Karena, berdasarkan kluyuran saya ke berbagai daerah, mereka umumnya pemilih berpendidikan dan berorientasi program. Mereka belum memilih 02 karena termakan fitnah tentang Prabowo pribadi, maupun tentang ekstremisme. Saya optimis fitnah tersebut bisa kami sanggah dengan mudah, jelas dan meyakinkan,” ujar Drajad kepada Bisnis, Rabu (20/3/2019).

Kubu Prabowo-Sandiaga juga berjanji akan menggencarkan sosialisasi sejumlah program yang menyasar pemilih berpendidikan tinggi, generasi milenial, dan pemilih kelas ekonomi menengah ke atas. Program-program yang akan disodorkan pada mereka diantaranya penurunan tarif pajak, Rumah Siap Kerja, dan solusi mengatasi defisit keuangan BPJS Kesehatan.

Strategi kampanye itu disampaikan Drajad menanggapi hasil survei pemilu yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari sampai 5 Marer 2019. Dari hasil survei itu terlihat dukungan bagi Prabowo-Sandiaga naik sejak Oktober. Sementara elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin turun di periode yang sama.

“Kesimpulannya, rakyat ingin perubahan. Saya melihat fenomena protest vote yang makin tinggi. Mereka marah dengan beberapa kejadian seperti OTT Romy, ketidakadilan penegakan hukum, dan penjegalan Prabowo-Sandi di beberapa daerah. Vulgarnya pemakaian kementerian/lembaga negara, BUMN, ASN bahkan uang negara untuk mendongkrak elektabilitas juga membuat mereka tidak senang,” tutur Drajad.

Berdasarkan survei Litbang Kompas, selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga saat ini 11,8%. Jokowi-Ma'ruf mendapat dukungan 49,2% sedangkan Prabowo-Sandiaga meraih 37,4%. Ada 13,4% responden yang merahasiakan pilihannya.

Pada survei yang sama di Oktober 2018, Jokowi-Ma'ruf mendapat dukungan 52,6%, sementara Prabowo-Sandi 32,7%, dengan 14,7% responden merahasiakan jawaban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini