Statemen Erdogan Soal Christchurch Dinilai Ofensif, Australia Panggil Dubes Turki

Bisnis.com,20 Mar 2019, 13:57 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Perdana Menteri Australia Scott Morrison/Twitter

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Australia Scott Morrison memanggil Duta Besar Turki di Canberra Korhan Karakoc pada Rabu (20/3/2019) untuk meminta penjelasan terkait komentar Presiden Recep Tayyip Erdogan soal teror Chrictchurch yang dinilai 'sembrono'.

Dalam sebuah kampanye untuk pemilihan daerah di Turki, Erdogan mengatakan bahwa serangan yang menyasar dua masjid di Christchurch itu adalah serangan terhadap Turki dan juga Islam. Ia pun memperingatkan pada warga Australia yang anti-Muslim akan merasakan nasib seperti pendahulu mereka di Gallipoli, salah satu perang berdarah saat Perang Dunia II.

Lebih dari 8.000 warga Australia tewas dalam pertarungan melawan pasukan Turki di Gallipoli. Peristiwa itu merupakan salah satu catatan gelap dalam sejarah Negeri Kanguru.

"Saya merasa komentar itu sangat ofensif dan sembrono. Saya akan memanggil duta besar Turki untuk bertemu saya dan membahas masalah ini," kata Morrison dalam sebuah wawancara dengan televisi nasional ABC sebagaimana dikutip Channel News Asia.

"Pernyataan itu dibuat di tengah-tengah situasi yang sangat sensitif dan saya rasa sangat ofensif bagi masyarakat Australia," ungkapnya.

Selain mendapat kritik dari Australia, aksi Erdogan pun tak luput dari teguran Selandia Baru. Negara yang merasakan aksi teror terburuk dalam sejarah modernnya itu memberi teguran keras bagi Erdogan karena sempat menayangkan cuplikan video penembakan di Masjid Al-Noor dalam kampanye politiknya.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru secara resmi mengeluarkan protes pada Senin (18/3/2019). Ie mengatakan politisasi aksi keji itu "membahayakan masa depan dan keselataman rakyat Selandia Baru di dalam dan luar negeri."

Peters sendiri rencananya akan melawat ke Turki untuk menghadiri konferensi Organisasi Kerja Sama Islam di Istanbul. Ia juga berencana menyampaikan belasungkawa mengingat tiga warga Turki menjadi korban penembakan yang menewaskan 50 orang itu.

Pelaku teror Christchurch, Brenton Tarrant (28), adalah seorang warga Australia yang diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri. Ia diduga kuat adalah pendukung supremasi kulit putih dan menganut paham ekstremisme sayap kanan.

Dalam manifesto yang ia ungkap sebelum melakukan aksi teror, Tarrant mengungkapkan kebenciannya terhadap kaum imigran dan Muslim. Ia menganggap kelompok ini telah menjajah tanah yang seharusnya dimiliki orang kulit putih alias etnis Kaukasia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini