Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor produk tenun dan batik pada 2019 menembus angka US$58,6 juta atau naik 10% dibandingkan dengan capaian tahun lalu sebesar US$53,3 juta. Ekspor tenun dan batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa peningkatan ekspor tenun dan batik nasional masih terbuka, seiring produknya yang semakin bernilai tambah tinggi dan terjalinnya beberapa kerja sama ekonomi dengan negara-negara potensial.
“Tenun dan batik merupakan high fashion yang nilai tambahnya tinggi, bukan sebagai komoditas. Maka itu, ekspor untuk industri ini terus kami dorong. Apalagi, sekarang Wastra Nusantara semakin beragam dan diminati konsumen global. Bahkan, tadi kami melihat ada substitusi sutra dari pabrik yang di Sukoharjo, Jawa Tengah,” ujarnya saat pembukaan Pameran Adiwastra 2019 di Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Menurut Airlangga, industri tenun dan batik yang merupakan bagian dari kelompok industri tekstil dan busana memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Industri tenun dan batik, banyak ditekuni oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di sentra-sentra industri. “Selain berorientasi ekspor, sektor ini juga tergolong padat karya,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat, sentra industri batik di Jawa mencapai 101 unit. Di dalamnya ada 3.782 unit usaha yang menyerap tenaga kerja hingga 15.055 orang. Sementara tenun diproduksi di 368 sentra dengan 14.618 unit usaha dan mempekerjakan 57.972 orang.
“Pemerintah terus berupaya mendorong agar batik dan tenun kita bisa lebih berdaya saing. Karena selain mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus untuk melestarikan budaya tradisional di Tanah Air agar tetap bertahan dan bisa mendunia,” paparnya.
Batik dan tenun merupakan kain tradisional yang kental dengan nilai budaya, dibuat dan diwariskan turun temurun, motif yang dibuat mengandung arti atau filosofi. Industri ini merupakan perpaduan revolusi industri ke-2 yang masih pakai canting, alat tenun bukan mesin, yang dipadukan dengan pasar generasi digital. “Jadi, pemerintah berkewajiban melindungi industri ini,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel