Disrupsi Teknologi, Bank Pangkas Jumlah Karyawan

Bisnis.com,20 Mar 2019, 10:30 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi, Ipak Ayu H.N. & Ropesta Sitorus
Aktivitas layanan perbankan di Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri perbankan harus segera melakukan transformasi bisnis di era disrupsi teknologi, seiring dengan tren penurunan jumlah pekerja bank dalam 3 tahun terakhir.

Hal itu selaras dengan data yang dilaporkan oleh sembilan bank skala besar dan menengah dalam 5 tahun terakhir. Sepanjang periode itu, jumlah karyawan sebagian besar bank berada dalam tren penurunan sejak 2016.

Sembilan bank tersebut adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank OCBC NISP Tbk., PT Bank Danamon Indonesia Tbk., PT Bank BTPN Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., dan PT Standard Chartered Bank Indonesia. Mengacu pada laporan keuangan bank-bank tersebut, dalam periode 2016-2018, jumlah karyawan berkurang sekitar 20.000 orang.

Jumlah karyawan bank besar seperti BCA mulai turun sejak 2017, setelah terus meningkat dalam 3 tahun sebelumnya. BNI pun dalam kondisi yang sama.

Hanya dua bank pelat merah, yaitu Bank Mandiri dan BRI, yang masih konsisten menambah jumlah karyawan dalam 3 tahun terakhir.

Direktur Kepatuhan BNI Endang Hidayatullah menuturkan bahwa kebutuhan pegawai akan terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi digital.

“Arah kami adalah tetap mengoptimalkan pegawai yang ada dengan sistem alih fungsi, misalnya dulu teller, sekarang jadi sales,” ujarnya, Selasa (19/3/2019).

Komposisi alih fungsi tugas tersebut mencapai 60% dari total karyawan. Jumlah tersebut merupakan pekerjaan rutin dan kini sudah digantikan oleh teknologi.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthania Frans mengatakan bahwa 50% posisi kerja karyawan perbankan yang ada saat ini akan hilang dalam waktu 10 tahun mendatang.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi juga menilai tidak lama lagi perbankan akan butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki daya analisis tinggi, bukan lagi kemampuan administrasi dan pelayanan seperti teller.

Secara umum, pekerjaan yang akan paling cepat terdampak adalah posisi front office. Citibank berencana tidak akan menambah jaringan secara fisik.

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira menjelaskan penurunan jumlah pegawai akan menimpa bank dengan modal inti Rp5 triliun hingga lebih dari Rp30 triliun karena memiliki modal besar untuk melakukan digitalisasi bisnis.

“Teknologi dalam jangka panjang itu lebih murah dibandingkan dengan membuka kantor cabang baru yang harus diisi oleh karyawan,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini