Dibayangi Tantangan Domestik dan Global, BEI Tetap Optimistis Memandang 2019

Bisnis.com,21 Mar 2019, 09:25 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi (kiri) didampingi Direktur Hasan Fawzi memberikan penjelasan mengenai sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pasar modal Indonesia, di Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mempersiapkan sejumlah sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun ini, kendati beberapa tantangan baik dari domestik maupun eksternal terus membayangi. 

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menjelaskan, BEI akan tetap berupaya menjadi pusat penyelenggara perdagangan efek yang terpercaya dan mendukung pendalaman pasar modal indonesia. “Kami menerjemahkannya dalam sasaran strategis di beberapa area,” katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Adapun, area sasaran strategis tersebut terbagi ke dalam area investor, perusahaan tercatat, anggota bursa, dan infrastruktur. Dari sisi area investor, bursa bermaksud ingin meningkatkan jumlah dan partisipasi investor di pasar modal.

Tahun lalu, bursa mencatat kenaikan jumlah single investor identification (SID) sebanyak 224.000, atau mencapai rekor tertinggi baru (new record high) menjadi 854.000 investor. 

Tahun lalu, bursa mencatat total investor  sepanjang 2018 sebanyak 1,67 juta investor yang di dalamnya termasuk SID pemegang reksa dana dan investor saham ritel. Dalam beberapa bulan ke depan, BEI optimistis dapat mencapai 1 juta investor saham baru di pasar modal.

“Untuk market development [pada 2018], SID kita mencapai new record high yang bisa mencapai 220.000 penambahan SID untuk ritel,” imbuh Inarno.

Selanjutnya, dari sisi infrastruktur implementasi T+2 pun terbukti dapat mengangkat volume perdagangan sejak diberlakukan pada 26 November 2018.

Inarno mengungkapkan, pada periode 26 November 2018 hingga 15 Maret 2019, volume perdagangan saham mencapai kenaikan sebesar 27% dibandingkan sebelumnya. Sementara dari sisi value, dengan adanya T+2 bisa naik 19% dari sebelunya senilai Rp8,5 triliun. Adapun hingga 15 Maret 2019, BEU mencatatkan value perdagangan saham per hari telah mencapai Rp10 triliun per hari. Dari sisi frekuensi juga naik 16% menjadi 436.000 per hari pada periode yang sama.

Selanjutnya, dari sisi jumlah perusahaan tercatat, bursa memasang target yang lebih optimistis. Pada tahun lalu, bursa mencatatkan rekor tertingginya sejak diprivatisasi pada 1992 yaitu dengan menerima 57 perusahaan tercatat yang baru.

Adapun untuk tahun ini, BEI menargetkan 75 pencatatan efek yang terdiri dari saham, obligasi, KIK, dan efek lainnya. Namun demikian, sejumlah target dan strategi tersebut bukan tanpa halangan yang melintang.

Dari dalam negeri, Inarno menjelaskan, penantian laporan kinerja keuagan dari para emiten tetap menjadi sorotan. Pasalnya, investor masih menanti bagaimana kinerja keuangan emiten di sepanjang 2018 yang diharapkan masih cukup baik.

Selain itu, kurangnya produk di pasar modal juga menjadi tantangan tersendiri bagi bursa. Oleh karena itu, bursa pun akan meningkatkan dan memperbanyak produk-produk di pasar modal.

Dari sisi moneter, prospek Bank Indonesia untuk menahan maupun menaikkan/menurunkan suku bunga masih akan mencermati langkah yang diambil oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve). 

Tak lepas pula, permasalaah defisit neraca berjalan dan performa SDM juga masih akan menjadi tantangan di depan.

Sementara itu, dari eksternal. Inarno memaparkan tantangannya masih sama seperti tahun lalu a.l. laju pengetatan moneter oleh bank sentral utama dunia, perang dagang AS—China, prospek perlambatan ekonomi global, volatilitas harga minyak dan komoditas lainnya, serta ketidakpastian Brexit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini