Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Riau Kepri (Bank Riau Kepri) melanjutkan rencana untuk melakukan konversi menjadi bank umum syariah pada dua tahun hingga tiga tahun mendatang.
Direktur Utama Bank Riau Kepri Irvandi Gustari mengatakan, perseroan telah merampungkan kajian awal untuk melakukan konversi sebagaimana diamanatkan oleh pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 2018 lalu.
“Kami sudah lakukan pengkajian konversi menjadi bank syariah. Rencana kami nanti pada RUPS selanjutnya pada April mendatang akan dilakukan ketok palu mengesahkan kajian itu dan melanjutkan konversi,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Rencana untuk mengganti model bisnis bank dari sebelumnya bank umum menjadi syariah, kata Irvandi, lantaran para pemegang saham melihat adanya potensi pengembangan bisnis di segmen tersebut. Hal itu berkaitan dengan latar belakang masyarakat di Riau dan Kepulauan Riau yang cukup kental dengan kebudayaan Islami.
Berkaca pada pengalaman beberapa bank daerah yang berkonversi menjadi bank umum syariah seperti di NTB dan Aceh, menurut Irvandi proses penyiapannya diperkirakan memakan waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
Selama masa peralihan tersebut, perseroan akan menyiapkan sumber daya manusia, produk, menyusun SOP serta jaringan infrastruktur teknologi.
Selain itu, perseroan juga perlu menyiapkan perizinan termasuk ke Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan daerah yang terkait. Perseroan juga akan melakukan survei kepada nasabah dan pelaku usaha di Riau dan Kepri dan memerlukan setidaknya 50% dukungan untuk beroperasi dalam bentuk bank umum syariah.
“Kalau NTB dulu 2 tahun, kami perkirakan lebih lama karena size Bank Riau Kepri kan lebih besar apalagi kami beroperasi di dua provinsi,” tuturnya.
Jika sudah terealisasi, lanjut Irvandi, bank umum syariah Riau Kepri akan tetap masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II dengan permodalan Rp1 triliun – Rp5 triliun. Adapun untuk bisnis pembiayaan yang dilakukan perseroan diperkirakan masih tidak jauh berbeda, yakni mayoritas di segmen konsumer.
“Kami tetap BUKU II tapi kami akan menjadi bank syariah terbesar nomor 5 dengan aset sekarang Rp27 triliun sedangkan Bank Aceh akan menjadi nomor 6 dengan aset saat ini Rp23 triliun,” paparnya.
Pada perkembangan lain, Bank Riau Kepri juga masih melanjutkan rencana penambahan permodalan dari pemegang saham pada tahun ini.
Sepanjang 2018 lalu, pemegang saham sepakat menambah Rp27 miliar permodalan. Namun dari tujuh kabupaten / kota yang ada, baru dua yang telah merampungkan perda sehingga penambahan modal yang terealisasi masih berkisar Rp5 miliar.
Hingga September 2018, jumlah modal inti tier 1 perseroan tercatat sebesar Rp2,67 triliun. “Tahun ini kayaknya kalau Perda keluar dari Pemprov dan uangnya ada, tambahan modalnya bisa mencapai Rp350 miliar,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel