Pembelian Properti Singapura Oleh Warga Asing Turun Drastis, Ini Penyebabnya

Bisnis.com,25 Mar 2019, 16:52 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Hunian Singapura Persentase Pembelian Properti di Singapura. / Erlangga Adiputra

Bisnis.com, JAKARTA -- Pembeli properti Singapura asal Indonesia mencatatkan penurunan dalam tiga tahun terakhir. Ada dua faktor yang menyebabkan penurunan itu antara lain, kebijakan pajak Negeri Singa dan amnesti pajak di Indonesia.

General Manager Residensial GuocoLand Dora Chng mengatakan, perseroan merasakan adanya pengurangan jumlah pembeli asal Indonesia di proyeknya meskipun tidak mengetahu persentase secara detail.

"Namun, Indonesia masih menjadi tiga negara terbesar untuk pasar properti asing di Singapura," ujarnya.

Adapun, konsultan properti Edmund Tie & Company mencatat pembelian kondominium oleh warga asing turun 20,9% menjadi 1.212 unit pada 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Total pembelian properti dari asing itu 40% berasal dari China, 10,9% dari Inodnesia, 8,5% dari Amerika Serikat (AS), 4,5% dari Malaysia, dan India 3,8%.

Pembelian dari Malaysia mencatatkan penurunan paling drastis sebesar 64%. Penurunan drastis kedua terjadi dari India sebesar 35,2%, AS sebesar 27%, Indonesia turun sebesar 10,7%, dan China sebesar 9,3%.

Dora menjelaskan, penurunan pembeli properti asing di Singapura itu akibat kebijakan pajak tambahan yakni, additional buyer stamp duty (ABSD) sebesar 20% untuk setiap pembeli properti asing di Negeri Singa.

Di sisi lain, Vice President Coldwell Banker Dani Indra Bhatara mengatakan, penurunan jumlah pembeli properti asal Indonesia di Singapura karena kebijakan amnesti pajak oleh pemerintah pada 2016.

"Kelihatannya, ada pengaruh dari amnesti pajak yang harus melaporkan harta di luar negeri. Jadi, banyak investor yang menahan diri," ujarnya.

Dengan membeli properti di luar negeri, seseorang akan dianggap menjadi masyarakat dengan segmentasi kelas atas yang memiliki penghasilan tinggi. Jadi, pajak yang dibayarkan pun bisa menjadi lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Surya Rianto
Terkini