Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral China (PBOC) terlihat semakin kurang dovish di tengah upaya pemulihan ekonomi. Beberapa analis memperkirakan kebijakan PBOC akan melonggarkan kebijakan moneter namun tidak seagresif tahun lalu sambil mempertahankan stabilitas likuiditas.
Berdasarkan estimasi median dari 39 ekonom dan traders pada survei Bloomberg, PBOC akan terus mengurangi cadangan wajib bank atau giro wajib minimum (GWM) dengan pemotongan paling awal diagendakan pada kuartal II/2019 dan dua tahap berikutnya pada semester kedua tahun ini.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa GWM akan diturunkan sebesar 50 basis poin dalam setiap periode tiga bulan, atau sebesar 150 basis poin secara keseluruhan sampai dengan akhir tahun.
Tahun lalu PBOC memangkas GWM sebesar 250 basis poin. Bank Sentral China kali ini lebih banyak mengambil peran di belakang layar dalam upaya pemerintah untuk meredam pelemahan ekonomi nasional.
Para pembuat kebijakan, ketimbang memenuhi ekspektasi pelonggaran moneter, telah lebih dulu meluncurkan beberapa kebijakan fiskal termasuk pemotongan pajak.
Ini merupakan pendekatan yang dianggap akan berhasil untuk memitigasi pelemahan ekonomi, para ekonom juga mengharapkan pertumbuhan ekonomi akan mengarah pada stabilisasi di kuartal kedua.
"Ada kemungkinan besar bahwa kebijakan moneter tidak akan mengalami pelonggaran lebih lanjut dalam jangka pendek karena pasar saham dan properti China sudah pulih," kata Ji Tianhe, ahli strategi di BNP Paribas di Beijing, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (27/3).
Ji juga memperkirakan bahwa pemulihan ini menandakan ada kebutuhan bagi bank sentral untuk menjaga kondisi ekonomi dari risiko bubble. Sementara itu, suku bunga pinjaman dan suku bunga acuan tidak akan dipangkas dalam waktu dekat.
Dengan dimulainya putaran baru perundingan dagang dengan Amerika Serikat di Beijing pekan ini, prospek bagi dua ekonomi terbesar dunia untuk meredakan ketegangan semakin meningkat.
Bulan ini PBOC diperkirakan tidak akan menambah dana melalui operasi pasar terbuka, bahkan jika pengumpulan pajak dan pemeriksaan regulasi kuartal akhir mendorong biaya pinjaman antar bank lebih tinggi dari pada bulan Januari.
Namun, kekhawatiran terhadap deflasi kemungkinan akan mempengaruhi pertumbuhan dan laba perusahaan yang kemudian dapat merusak laju pemulihan ekonomi.
"Gubernur Yi Gang telah memberikan penjelasan yang jelas dibalik kebijakan moneter mereka pada Kongres Rakyat Nasional China (NPC) dan telah menstabilkan ekspektasi pasar," ujar ekonom Bloomberg untuk kawasan China, David Qu.
Menurut Qu, kebijakan moneter PBOC akan mempertahankan status quo di masa depan dengan penurunan GWM dan instrumen lainnya yang dirilis untuk satu tujuan yakni menjaga pertumbuhan M2 dan pertumbuhan pembiayaan agregat sesuai dengan nominal produk domestik bruto (PDB).
Beberapa hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa suku bunga dan 7-day reverse repurchase agreement rates akan tetap ditahan sepanjang 2019.
Sejumlah analis dan trader memperkirakan tingkat repo 7-days di pasar akan bergerak turun ke 2,5% pada akhir tahun dari posisi terkini yakni 2,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel