Fesyen Ramah Lingkungan di Indonesia Fashion Week 2019

Bisnis.com,29 Mar 2019, 03:24 WIB
Penulis: Asteria Desi Kartika Sari
Model memperagakan busana dalam pembukaan Indonesia Fashion Week 2019, di Jakarta, Rabu (27/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Menerapkan konsep sustainable fashion terus digaungkan oleh beberapa desainer tanah air. Hal tersebut juga disuarakan lewat gelaran Indonesia Fashion Week (IFW) 2019.

Salah satu contoh, misalnya dalam show Modern Ethnic Kemilau Sulawesi Tenggara desainer menggunakan konsep pakaian dengan bahan ramah lingkungan, seperti memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan pakaian yang dipamerkan.

Salah satunya SAO by Risza memperkenalkan motif kain batik dan tenun Bombana juga Tenun pewarna alam dari Buton. Tema Design tahun ini adalah "Moronene Di Wolio". Moronene adalah nama motif tenun bombana dan Wolio adalah nama tanah buton jika diartikan berarti “Motif tenun moronene dari bombana di tanah buton”. Dalam fashion show ini Risza memamerkan 9 outfit.

Tema ini terinspirasi dari 2 motif tenun dan batik dari 2 Kabupaten di Sulawesi Tenggara yaitu Bombana dan Buton yang menjadi satu di runway Indonesia Fashion Week 2019.

"Design Bajunya sendiri saya terinspirasi dari baju abaya yang menjadi sytle wanita muslim di timur tengah dipadukan dengan sentuhan modern dan elegant. Saya membidik pasar modest (hijab) fashion tetapi juga tetap bisa digunakan untuk wanita-wanita yang tidak menggunakan hijab," kata Risza di JCC, Kamis (28/3/2019).

Dia juga mendukung kampanye eco fashion di IFW tahun ini. Risza menggunakan kain daur ulang dari sampah plastik botol yang diproses menjadi kain siap pakai.

"Ini merupakan terobosan baru ketika kain daur ulang sampah plastik digabungkan dengan kain tenun tradisional apalagi kain tenun dengan dasar pewarna alam," ujarnya.

Selain kain, ia juga menggunakan aksesori seperti anting sampai kalung berbahan dasar plastik botol yang sudah dikreasikan menjadi aksesori yang cantik oleh pengrajin wanita Indonesia. Plastik-plastik ini digunakan dari sampah yang ada di Gunung Rinjani, Lombok.

Risza menjelaskan ini juga sebagai salah satu cara untuk mengajak pengrajin dari Sulawesi Tenggara untuk bisa turut serta memanfaatkan sampah plastik untuk bisa dikreasikan menjadi sesuatu yang bernilai.

"Menjadi sustainability fashion designer merupakan suatu tantangan bagi saya untuk terus berkreasi dan berkomitmen membuat karya dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ramah lingkungan," ujar dia.

Langkah inovatif juga dilakukan oleh Viro lewat kolaborasi dengan perancang busana kawakan Musa Widyatmodjo.

Koleksi kolaborasi tersebut ditampilkan dalam ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2019 Jakarta Convention Center, dengan tajuk Viro Dream. Pada peragaan busana tersebut Musa Widyatmojo menampilkan 9 koleksi kostum wanita dan pria serta 33 model tas. Menjadi daya tarik dari koleksi tersebut adalah material eco fraux.

Musa mengatakan suatu kehormatan dapat menjadi desainer pertama yang menggunakan material eco fraux tersebut. Dia mengatakan karena material digunakan untuk desain interior, sehingga terkesan dan keras. Namun, lanjutnya, material tersebut dapat diubah menjadi lebih lentur dengan berkolaborasi dengan Viro.

"Cukup lentur untuk dibuat menjadi kostum, namun juga kokoh untuk menjadi dasar bagi aksesoris seperti sandal, tas, dan headpiece," katanya.

Dengan hadirnya meterial tersebut, lanjutnya, dia berharap dapat memberikan alternatif pilihan material yang dapat diandalkan dengan sentuhan anyaman yang autentik dan khas nusantara.

"Walaupun penggunaannya masih terbatas pada kostum dan aksesoris, dengan penelitian lebih jauh ada potensi untuk mengembangkan menjadi bahan busana," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Akhirul Anwar
Terkini