Trump Minta Kim Jong-un Kirimkan Seluruh Senjata Nuklir ke AS

Bisnis.com,30 Mar 2019, 10:33 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, di Hanoi, Vietnam, Rabu (27/2/2019)./REUTERS-Leah Millis

Bisnis.com, JAKARTA—Presiden AS Donald Trump ternyata memberikan berkas dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Korea kepada Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada hari yang sama ketika KTT AS—Korut di Hanoi dibatalkan pada bulan lalu.

Dalam berkas yang diterima Reuters, di dalam berkas yang diberikan oleh Trump tersebut berisi panggilan agar Pyongyang mengirimkan seluruh senjata nuklir dan bahan bakar bom-nya ke AS.

Kata seorang sumber yang mengerti situasinya, Trump memberikan berkas tersebut di Hotel Metropole di Hanoi pada 28 Februari 2019.

 

“Itu merupakan pertama kalinya Trump sendiri secara eksplisit menjelaskan maksud denuklirisasinya langsung kepada Kim,” kata sumber tersebut, seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/3/2019).

 

Adapun, di hari yang sama, acara makan siang kedua pemimpin negara tersebut dibatalkan. Keduabelah pihak juga kompak tidak menjelaskan alasan mengapa KTT tersebut gagal, tapi mungkin dokumen yang baru terkuak ini bisa memberikan gambaran.

 

Keberadaan dokumen tersebut pertama kali disebut-sebut oleh Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton lewat wawancara di televisi.

 

Dalam wawancara itu, Bolton memang tidak mengungkapkan permintaan AS yang terdapat dalam berkas tersebut adalah supaya Korut harus mengirimkan seluruh senjata nuklir dan misilnya ke AS.

 

Tapi, dokumen tersebut tampak mewakili “Model Libya” yang dipegang oleh Bolton mengenai denuklirisasi yang telah ditolak oleh Korea Utara.

 

Analis menilai berkas tersebut mungkin dilihat Kim sebagai pelecehan dan provokatif.

 

Jenny Town, Pengamat Korea Utara di Stimson Center, menilai isi berkas yang diajukan AS kepada Korut tersebut tak terlalu mengejutkan.

 

“Ini kan yang diinginkan Bolton dari awal dan jelas tidak akan berhasil. Jika AS ingin serius dalam perundingan, mereka seharusnya belajar dari masa lalu bahwa ini bukanlah pendekatan yang pantas diambil,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini