Perdagangan Emas Diwarnai Aksi Jual

Bisnis.com,30 Mar 2019, 06:31 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah

Bisnis.com, JAKARTA - Perdagangan emas dilanda aksi jual oleh investor yang didorong oleh kabar positif dari hasil perundingan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (28/3/2019) pukul 15.44 WIB, harga emas di bursa Comex melemah 0,16% di level US$1.293,20 per troy ounce. 

Sementara itu, harga emas di pasar spot juga melemah 0,11% menjadi US$1.288,97 per troy ounce.

Mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, dalam perundingan perdagangan tersebut pihak China mulai menawarkan penyelesaian yang menjadi halangan selama ini.

"Kondisi ini tentu saja tidak baik bagi pasar emas dan terpantau perkembangan tersebut mendorong harga emas melemah," tulis Asia Trade Point seperti dikutip dalam risetnya, Jumat (29/3/2019).

Kedua pihak tampaknya mulai melunak dan menghasilkan beberapa kesepakatan baru sehingga emas terus melanjutkan pergerakan bearish dan kehilangan daya tariknya sebagai aset investasi aman oleh investor yang mulai percaya diri untuk memilih investasi aset berisiko.

Di sisi lain, melambatnya pertumbuhan PDB AS kuartal IV/2018 tidak cukup kuat menahan jatuhnya harga emas.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang mayor lainnya bergerak naik 0,05% menjadi 97,251.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa pembicaraan dengan perwakilan perdagangan China pekan ini mengalami banyak kemajuan.

"Kami makan malam kerja yang sangat produktif tadi malam, dan kami menantikan pertemuan hari ini," ujar Steven seperti dikutip dari Reuters, Jumat (29/3/2019).

Pertemuan Mnuchin dengan pejabat perwakilan perdagangan China merupakan pertemuan untuk yang kesekian kalinya untuk menyelesaikan sengketa perdagangan antara AS dan China. 

Selain itu, perkembangan perundingan perdagangan dua negara tersebut tercermin dari China yang mulai mengimpor hewan ternak babi sebanyak 300.000 ton dan beberapa produk pertanian dari AS.

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump belum lama ini memperpanjang batas pemberlakukan tarif impor sebesar US$250 miliar untuk barang China sebagai upaya untuk mendapatkan kesepakatan perdagangan dengan China.

Adapun, Trump memberlakukan tarif tersebut pada tahun lalu sebagai ancaman dan memaksa China untuk mengubah cara berbisnis dengan negara-negara lain di dunia juga untuk membuka pintu ekonomi lebih banyak kepada perusahaan-perusahaan AS. Pemberlakukan tarif tersebut pun telah melukai hampir seluruh harga komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini