Pengguna KRL Jabodetabek 'Sumbang' KCI Rp3,3 Miliar Sehari

Bisnis.com,02 Apr 2019, 22:58 WIB
Penulis: Newswire
Penumpang antre saat berpindah kereta rel listrik (KRL) di peron Stasiun Duri, Jakarta, Senin (16/4). Operasional KRL rute Duri-Tangerang dikurangi dari 90 menjadi 80 perjalanan yang membuat waktu tunggu dari 15 menit menjadi 30 menit./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, BOGOR - Jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) selalu meningkat dari tahun ke tahun, dengan nilai transaksi tiket menembus Rp3,3 miliar sehari.

"Kondisi itu otomatis membuat perputaran uang pada moda transportasi massal ini kian tinggi," kata Deputi II PT KAI Daop I Jakarta, Junaidi Nasution di Bogor, Selasa (2/4/2019).

Junaidi Nasution menjelaskan kini jumlah penumpang KRL di Jabodetabek yang dilayani oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), mencapai 1,1 juta orang per hari. Itu artinya jika diasumsikan dengan tarif terendah senilai Rp3.000, setiap harinya jumlah transaksi tiket KRL mencapai Rp3,3 miliar.

Peningkatan jumlah penumpang secara signifikan ini terjadi sejak lima tahun terakhir. Sampai Juni 2018, rekor tertinggi jumlah penumpang KRL mencapai 1.154.080 orang.

"Meningkat, lima tahun belakang dari 800.000 penumpang, sekarang sudah sampai 1,1 juta penumpang sehari," ujarnya saat hadir pada kegiatan Pasar Murah KAI di Stasiun Bogor Kota Bogor Jawa Barat itu.

Junaidi menjelaskan pada waktu yang bersamaan, PT KAI memiliki armada 900 unit KRL. Jumlah tersebut bertambah 60 kereta dari tahun sebelumnya.  Menurutnya lagi, jumlah unit KRL akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penumpang.

Sebanyak 900 unit KRL ini melayani perjalanan ke 79 stasiun yang ada di Jabodetabek, Banten, dan Cikarang. Jika ditotalkan panjang rutenya, mencapai angka 418,5 kilometer.

PT KAI juga tidak tinggal diam menanggapi pembengkakan penumpang yang terjadi secara berangsur itu. Kini, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini tengah mempersiapkan transaksi karcis berbasis uang elektronik LinkAja.

Nantinya pembelian karcis KRL akan diberlakukan non tunai secara keseluruhan. Hal itu berati hanya bisa menggunakan e-money atau uang elektronik.

"Sekarang sudah enggak modelnya lagi uang tunai. Kita harus menyosialisasikan. Kalau enggak, kita ketinggalan," kata Junaidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini