Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Bukopin Tbk. berencana menerbitkan surat utang senilai maksimal Rp3 triliun pada tahun ini untuk memenuhi kebutuhan permodalan dan kecukupan likuiditas.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin M. Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa surat utang yang akan diterbitkan meliputi obligasi junior atau subdebt dan obligasi senior. Target penghimpunan dana dari masing-masing surat utang tersebut ditetapkan sekitar Rp1 triliun—Rp1,5 triliun.
“Penerbitannya kami lakukan pada kuartal II dan III 2019, yakni dengan dua produk yang berbeda,” katanya, Senin (1/4/2019).
Menurut Rachmat, penerbitan subdebt akan membantu perseroan untuk memperkuat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR), sehingga akan mendorong ekspansi kredit.
Rasio permodalan Bukopin sempat merosot ke level 10,52% pada 2017. Hal itu karena peningkatan pencadangan pada kredit bermasalah, sehingga menggerus modal bank milik Bosowa Group itu.
Kemudian, pada pertengahan tahun lalu Bukopin melakukan penawaran umum saham terbatas (rights issue) dengan mendatangkan investor asal Korea Selatan, Kookmin Bank, menjadi pembeli siaga.
Kookmin mengucurkan dana sekitar Rp1,5 triliun untuk membeli saham setara 22%. Bank asal negeri gingseng itu menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah Bosowa Group, konglomerasi milik Aksa Mahmud, adik ipar Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Dengan penyuntikan dana itu, CAR Bukopin pun naik ke level 14%. Adapun, pada tutup tahun lalu rasio permodalan menyusut ke level 13,41%. Padahal, berdasarkan ketentuan Basel III rasio modal ideal sebesar 14% yang mengakomodasi unsur countercyclical buffer, capital conservation buffer, dan capital surcharge.
Rachmat menyampaikan, pada tahun ini perseroan akan mencoba untuk memacu penyaluran kredit dengan penggalangan dana tersebut. Pada tahun lalu kredit BBKP sempat mencatatkan penurunan penyaluran kredit sebesar 8,69% menjadi Rp Rp61,71 triliun dari tahun sebelumnya Rp67,59 triliun.
“Dengan penambahan modal dari surat utang, kami punya kekuatan baru untuk menyalurkan kredit,” ujarnya.
Adapun, mengenai penerbitan obligasi senior, sambungnya, akan dipakai perseroan untuk menyeimbangkan tenor likuiditas antara jangka pendek dan jangka panjang atau mengatasi mismatch dana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel