Bumi Resources (BUMI) Incar Produksi 90 Juta Ton Tahun Ini

Bisnis.com,04 Apr 2019, 07:14 WIB
Penulis: M. Nurhadi Pratomo
Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk Saptari Hoedjaja (kanan), didampingi Direktur Dileep Srivastava memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bumi Resources Tbk. mengklaim prospek kinerja keuangan bakal lebih cerah sejalan dengan realisasi 2018 dan target-target yang dibidik perseroan pada 2019.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan bumi Resources Dileep Srivastava mengungkapkan perseroan mengincar volume produksi batu bara yang dibidik sekitar 88 juta ton hingga 90 juta ton pada 2019. Target itu naik dari realisasi 80 juta ton pada 2018.

Dileep mengatakan rerata harga jual batu bara diproyeksikan akan berada di kisaran US$56 per ton. Akan tetapi, perseroan akan meninjau kembali proyeksi rerata harga jual atau average selling price (ASP) tersebut pada kuartal II/2019.

“2019 prospek kami terlihat lebih cerah,” ujarnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.

Lebih lanjut, dia menyebut panduan produksi itu akan berasal dari produksi PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebanyak 60 juta ton. Sementara itu, PT Arutmin Indonesia diproyeksikan akan menghasilkan 28 juta ton hingga 30 juta ton.

Berdasarkan laporan keuangan 2018, Bumi Resources mengantongi pendapatan US$1,11 miliar. Realisasi itu naik 6.304,49% dari US$17,36 juta pada 2017.

Adapun, beban pokok pendapatan yang dikeluarkan perseroan tahun lalu senilai US$965,31 juta pada 2018.

Dari situ, laba kotor yang dibukukan perseroan senilai US$146,50 juta pada 2018. Realisasi itu naik 743,89% dari US$17,36 juta pada 2017.

Kendati demikian, laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk perseroan tercatat turun 40,95% secara tahunan pada 2018. Nilai yang dikantongi turun dari US$373,25 juta pada 2017 menjadi US$220,41 juta pada 2018.

Di sisi lain, total liablitas perseroan tercatat turun 0,20% secara tahunan dari US$3,41 miliar pada 2017 menjadi US$3,40 miliar pada 2018. Sebaliknya, total ekuitas naik 75,87% secara tahunan dari US$286,35 juta pada 2017 menjadi US$503,61 juta pada 2018.

Dengan demikian, total aset yang dimiliki perseroan senilai US$3,90 miliar pada akhir 2018. Jumlah tersebut naik 5,69 dari US$3,69 miliar pada 2017.

Dileep menjelaskan bahwa net income dari batu bara, di luar PT Bumi Resources Minerals Tbk., senilai US$257 juta pada 2018. Menurutnya, realisasi laba bersih US$373 pada 2017 juga memasukkan one off gains dari partisipasi tax amnesty dan revaluasi dari aset Arutmin.

“Jadi tidak apple to apple memasukan perbandingan [laba bersih 2018] dengan laba 2017,” jelasnya.

Dia mengatakan laba bersih inti, di luar one time gain and loss, tercatat tumbuh 7% secara tahunan ke US$128 juta. Dengan demikian, dia mengklaim sebenarnya perseroan mengalami perbaikan kinerja keuangan.

Dalam risetnya, Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai meski laba bersih yang dibukukan perseroan pada 2018 lebih rendah 41% dari 2017, laba inti perseroan masih tumbuh positif. Hal itu mengingat perseroan membukukan lebih dari US$740 juta other income dari revaluasi aset pada 2017.

Di sisi lain, Robertus juga menyebut pinjaman jangka panjang perseroan turun 6% secara tahunan pada 2018 menjadi US$1,5 miliar. Pada 2017, pinjaman jangka panjang BUMI senilai US$1,6 miliar.

“Kami mengharapkan pembayaran utang lebih besar yang secara signifikan akan mengembalikan profitabilitas tahun ini,” jelasnya.

Dia memberikan rekomendasi beli untuk saham BUMI. Target harga jangka panjang berada di level Rp400 per saham.

Pihaknya juga berharap produksi dan volume penjualan KPC bisa mencapai 59-60 juta ton. Selanjutnya, produksi dan volume penjualan Arutmin mencapai 27-28 juta ton. 

“Gabungan 86—88 juta ton kapasitas produksi tahunan saat ini menempatkan perseroan sebagai produsen batu bara terbesar di dalam negeri,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini