Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan aset bank-bank besar cukup kencang pada awal tahun ini. Bahkan, pertumbuhan aset pada dua bulan pertama 2019 lebih agresif ketimbang periode yang sama pada 2 tahun terakhir.
Laporan publikasi bulanan beberapa bank yang dihimpun Bisnis menunjukkan bahwa pertumbuhan 15 aset bank besar pada Februari 2019 mencapai 13,05% secara year on year (yoy). Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari Februari 2018 yang hanya 7,41% dan Februari 2017 sebesar 11,53%.
Jika ditelisik lebih dalam, pertumbuhan aset seluruh bank umum kelompok usaha (BUKU) IV berada di kisaran 10%, kecuali PT Bank CIMB Niaga Tbk. dan PT Bank Pan Indonesia Tbk. yang justru menorehkan penurunan aset.
Sementara itu, pertumbuhan aset pada bank BUKU III tergolong variatif. Meski hampir semua bank di kelas ini membukukan pertumbuhan aset satu digit, beberapa mampu mencatatkan pertumbuhan aset dua digit, seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., PT Bank BTPN Tbk. dan PT Bank UOB Indonesia.
Aset BTN tumbuh 17,16% per Februari 2019. Performa tersebut tergolong stabil, meskipun tahun lalu naik 19,53%.
Aset BTPN tumbuh melesat, yakni 100,34% per Februari 2019. Angka ini merupakan sebuah lompatan, karena tahun lalu naik 4,68%.
Adapun, UOB tumbuh 12,98% pada Februari 2019, membaik dari periode sebelumnya yang sempat menyusut.
Ekonom Institute for Develoment of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan aset yang bagus awal tahun ini tergolong cukup wajar.
Secara organik, perbankan sudah melewati masa sulitnya pada 2016 dan 2017, sehingga lebih mampu untuk meningkatkan ekspansi kredit dan laba tanpa menggerus perolehan asetnya.
Pada tahun ini, perbankan semakin selektif dalam menyalurkan kredit ke sektor yang memiliki imbal hasil tinggi dan risiko yang lebih terjaga, seperti infrastruktur dan pembangunan properti masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Di sisi lain, pelaku industri perbankan juga sudah mulai percaya diri dalam berekspansi karena The Federal Reserve (The Fed) berkemungkinan akan bersikap dovish sepanjang tahun ini.
Hal tersebut akan memberi ruang kepada Bank Indonesia untuk tidak menaikkan kembali suku bunga acuan, sehingga menjaga net interest margin (NIM) perbankan.
“Jadi, menurut saya pertumbuhan aset awal tahun ini sudah cukup bisa diprediksi dan memang akan bagus,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/4/2019).
Bhima menggarisbawahi, pertumbuhan aset awal tahun terlihat cukup kencang karena beberapa aksi korporasi yang terealisasi awal tahun, seperti BTPN. Bank publik itu melakukan merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia pada awal Februari lalu.
Dihubungi terpisah, pengamat perbankan Paul Sutaryono menuturkan, penggemukan modal dan aset masih menjadi prioritas utama pelaku industri perbankan Tanah Air khususnya bank BUKU IV. Maka dari itu, tidak heran aset akan selalu meningkat, meski terdapat kelesuan di beberapa sektor.
“Dalam sektor keuangan, capital is the king. Maka tak mengherankan BUKU IV masih terus menggalang dana meraup laba tinggi meski dalam kondisi ekonomi yang kurang gizi ini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel