Bisnis.com, JAKARTA -- Akulaku melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia agresif menambah kepemilikan saham di PT Bank Yudha Bhakti Tbk. Ini kronologi masuknya fintech asal China itu ke bank berkode emiten BBYB tersebut.
Dari keterbukaan informasi IDX pada 21 Maret 2019, Akulaku mengambil alih 5,2% kepemilikan PT Gozco Capital di BBYB. Gozco Capital melepas saham Bank Yudha Bhakti senilai Rp338 per saham.
Lalu, kepemilikan Akulaku bertambah setelah merampungkan private placement senilai Rp338 per saham atau total Rp158,72 miliar pada 22 Maret 2019. Dari aksi itu, Akulaku menambah kepemilikan sahamnya di BBYB sebesar 8,29%.
Setelah proses private placement selesai, total kepemilikan saham Akulaku di BBYB bertambah sebesar 14,24%.
Selanjutnya, Akulaku berencana menambah kepemilikan di BBYB lewat skema rights issue. Akulaku akan menjadi pembeli siaga dari aksi korporasi tersebut.
Harga penawaran rights issue BBYB itu pun sama dengan harga private placement ketika Akulaku masuk ke BBYB yakni, Rp338 per saham. Dengan begitu, perseroan bisa menghimpun dana sebanyak-banyaknya Rp168,87 miliar.
Dari aksi rights issue ini, porsi kepemilikan Akulaku di BBYB bisa menjadi 13,06% jika seluruh pemegang saham mengambil haknya. Namun, porsinya bisa naik 20,11% jika seluruh pemegang saham tidak mengambil haknya.
Menurut catatan Bisnis, Akulaku disebut berkomitmen menyuntik modal segar ke perseroan senilai Rp500 miliar pada 2019. Suntik modal itu akan dilakukan dalam tiga tahap.
Dengan begitu, BBYB berpeluang besar untuk naik kasta menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) II alias bank dengan modal inti dari Rp1 triliun sampai Rp5 triliun.
Sampak akhir 2018, modal inti BBYB berada di level Rp563,44 miliar.
Jika sudah masuk ke bank BUKU II, BBYB bisa memperluas pengembangan digital bankingnya, terutama untuk sistem pembayaran. Pasalnya, jika perseroan masih berada di BUKU I, pengembangan digital bankingnya cenderung terbatas.
Direktur Utama Bank Yudha Bhakti Denny Novisar mengatakan, Akulaku masuk ke perseroan bukan sekedar menjadi penyuntik modal, tetapi untuk transformasi digital yang sedang dilakukan oleh perseroan.
"BBYB memiliki basis nasabah ritel, sedangkan Akulaku piawai dalam bidang teknologi. Dua kombinasi ini sangat potensial di tengah era digital saat ini," ujarnya.
PT Akulaku Silvrr Indonesia adalah perusahaan market place yang menjual berbagai barang. Akulaku Silvrr bagian dari Akulaku Grup yang terdiri dari beberapa lini usaha dari P2P Lending lewat PT Pintar Inovasi Digital, Perusahaan pembiayaan lewat PT Akulaku Finance Indonesia, dan marketplace business to business lewat PT Akugrosir Indonesia.
Akulaku didirikan oleh dua orang asal China yakni, William Li dan Gordon Hu. Li memiliki latar belakang hukum dan pernah menjadi investment manager di asuransi Ping An Insurance Company. Lalu, Hu seorang software engineer yang pernah bekerja di Oracle, Tencent, Huatai Securities, dan CITIC Securities.
Di sisi lain, kinerja Bank Yudha Bhakti tengah kurang baik. Sepanjang 2018, dari sisi kinerja kredit masih tumbuh 0,72% menjadi Rp3,94 triliun dibandingkan dengan 2017, sedangkan pertumbuhan DPK turun 11,52% menjadi Rp3,66 triliun.
Pendapatan bunga bersih perseroan turun 5,85% menjadi Rp269,1 miliar. Lalu, BBYB juga mencatat rugi Rp136,98 miliar.
Rasio kredit bermasalah kotor perseroan pun meningkat drastis menjadi 15,75% pada 2018 dibandingkan 4,98% pada 2017. Begitu juga dengan kredit bermasalah bersih yang naik menjadi 9,92% dibandingkan 2,07% pada tahun sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (5/4) pada 11:26 WIB, harga saham BBYB melemah 0,72% menjadi Rp276 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel