Sentra Industri Sabut Kelapa Beri Nilai Tambah Bagi Petani Sumsel

Bisnis.com,07 Apr 2019, 16:05 WIB
Penulis: Dinda Wulandari

Bisnis.com, PALEMBANG – Pembangunan sentra industri sabut kelapa di Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, dinilai bisa menjadi solusi yang menguntungkan untuk petani terkait pengelolaan limbah dari komoditas perkebunan itu.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan selama ini petani kerapkali bingung mengolah limbah berupa sabut kelapa yang bisa mencapai hingga 16 ton per hari tersebut.

“Sabut kelapa nanti bisa jadi pendapatan baru untuk petani selama ini mereka bingung untuk mengolah limbah itu. Dibakar malah menimbulkan asap, sabut itu nanti akan diolah menjadi produk yang berorientasi ekspor,” katanya, Minggu (7/4/2019).

Rudi menjelaskan sebetulnya petani kelapa di Kabupaten Banyuasin pernah mencoba mengolah secara swadaya namun terkendala pemasaran. Jika petani menjual ke provinsi lain tidak bisa bersaing karena daerah penghasil juga memproduksi produk serupa.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sangat menyambut positif langkah pemerintah pusat melalui Kementerian Perindustrian yang segera membangun sentra industri sabut kelapa di Desa Teluk Payo, Banyuasin.

“Sentra IKM Sabut Kelapa di Banyuasin merupakan program strategis nasional. Ini  menjadi pilot proyek nasional dan akan dicontoh provinsi penghasil kelapa lainnya,” katanya.

Dia menjelaskan pembangunan pabrik pengolahan sabut kelapa itu menggunakan dana alokasi khusus (DAK) 2019 senilai Rp16 miliar. Dana tersebut akan dipakai untuk pembangunan fisik proyek berikut mesin 250 HV, peralatan listrik, jenset dan fasilitas pabrik lainnya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Industri Kimia Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuasin, Ardiyanson, mengatakan pabrik itu akan mengolah sabut kelapa menjadi coco fiber dan coco peat.

“Kami sudah melakukan penelitian hilirisasi dan ternyata kedua produk ini sangat dibutuhkan untuk pasar ekspor, sehingga apa yang diproduksi oleh petani nanti sudah jelas pasarnya kemana,” katanya.

Ardi menjelaskan coco fiber merupakan olahan sabut kelapa setengah jadi yang nantinya dapat dikembangkan dalam pembuatan jok kursi. Produk tersebut banyak diminati Korea dan China. Sementara coco peat menjadi media tanam yang biasa diekspor ke Jepang.

Dia mengatakan pihaknya menargetkan sentra IKM sabut kelapa itu bakal beroperasi pada Agustus 2019 di mana nantinya akan menghasilkan coco fiber sebanyak 1 ton per jam dan coco peat sebanyak 2 ton per jam. Adapun kebutuhan bahan baku untuk menghasilkan kedua produk tersebut sejutar 16 ton sabut kelapa per hari.

“Kami yakin tidak susah untuk mencari bahan bakunya karena Banyuasin ini adalah sentra kelapa di Sumsel, lihat saja sepanjang jalan ke Desa Teluk Payo sering dijumpai tumpukan sabut kelapa yang tidak digunakan,” katanya.

Terkait pengelolaan sentra IKM tersebut, kata Andi, pihaknya berencana menyerahkan kepada BUMDes dan unit pelayanan teknis (UPT) untuk dibahas terlebih dulu bentuk manajemennya supaya professional.

Andi optimistis sentra IKM sabut kelapa di Banyuasin dapat menjadi percontohan nasional dan nantinya bisa diterapkan di daerah lain.

“[Kementerian] perindustrian membangun sentra ikm berbasis sumber daya alam yang dekat dengan hulunya supaya aksesibilitas dan kontinuitas dapat terjaga,” katanya.

Diketahui, Banyuasin merupakan daerah utama penghasil kelapa di Sumsel dengan luasan areal mencapai 47.287 hektare dari total luasan kebun kelapa di provinsi itu yang mencapai 65.878 ha.

Adapun produksi kopra asal Banyuasin sebanyak 44.248 ton dari total produksi di Sumsel sebanyak 57.298 ton.

Sementara daerah penghasil lainnya tersebar di tiga kabupaten, yakni Musi Banyuasin seluas 4.402 ha, Ogan Komering Ilir (OKI) seluas 2.312 ha dan Ogan Komering Ulu Timur seluas 3.359 ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini