Bisnis.com, JAKARTA — Samuel Sekuritas Indonesia menyatakan bahwa aset PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berpotensi melejit menjadi nomor satu di industri perbankan nasional apabila berhasil mengakuisisi PT Bank Permata Tbk. Akan tetapi, aksi korporasi itu memiliki risiko karena harga saham Bank Permata sudah tinggi.
Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia, mengungkapkan bahwa risiko yang muncul dari aksi korporasi akuisisi saham Bank Permata adalah harga sahamnya sudah tinggi.
“Harga saham Bank Permata sudah tinggi dengan price to earnings (PE) hampir 30 kali dan price to book value (PBV) 1,2 kali. Apalagi, bank tersebut masih dalam fase pemulihan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (9/4/2019).
Jika Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk. sebagai pemegang saham mayoritas Bank Permata, maka harga yang ditawarkan mencapai 1,8 kali hingga 2 kali dari nilai buku. Seandainya hal tersebut terjadi, maka saham emiten perbankan berkode saham BNLI tersebut dijual dengan kisaran harga Rp1.400-Rp1.500 per saham.
Berdasarkan data terakhir per 28 Februari 2019, jumlah saham Bank Permata yang dikuasai oleh Standard Chartered Bank dan Astra International masing-masing adalah sebanyak 12,49 miliar saham, atau masing-masing menggenggam 44,56% dari total saham yang beredar. Sebanyak 10,88% sisa sahamnya dimiliki oleh publik dengan porsi kepemilikan kurang dari 5%.
Apabila Bank Mandiri ingin membeli saham yang dimiliki oleh Standarf Chartered Bank dan Astra International, maka dana yang perlu disiapkan dengan mengacu kepada perhitungan Samuel Sekuritas adalah sekitar Rp34,98 triliun—Rp37,48 triliun.
Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa pihaknya memiliki kelebihan permodalan sekitar Rp30 triliun yang dapat dialokasikan untuk membiayai rencana ekspansi anorganik, termasuk mengakuisisi bank berskala menengah hinga besar.
Tiko, demikian dia akrab disapa, mengatakan bahwa bank yang akan diakuisisi harus memiliki aset yang memadai serta memberikan nilai tambah terhadap peningkatan kinerja perseroan serta kepada pemegang saham.
“Selama ada potensi akuisisi dan ukurannya memadai, kami akan lihat. Nanti tergantung dari harga, sinergi bisnis. Prosesnya akan dilihat secara transparan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel