Respons Hasil Quick Count Pilpres, Asing Borong Saham Hingga Rp1,13 Triliun

Bisnis.com,18 Apr 2019, 13:10 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/2/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Aliran masuk modal asing (foreign capital inflow) terpantau semakin tinggi hingga akhir perdagangan sesi I pada Kamis (18/4/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, tercatat investor asing telah melakukan beli bersih senilai Rp1,13 triliun, sehari setelah Pemilihan Umum (Pemilu).

Adapun, sehari sebelum Pemilu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp559,81 miliar. Begitu pula pada perdagangan akhir pekan lalu, investor asing juga melakukan net sell senilai Rp1,047 triliun. 

Thendra Crisnanda, Head of Research Institusi MNC Sekuritas, menjelaskan bahwa aksi beli yang dilakukan investor asing tersebut mencerminkan respons terhadap hasil quick-count Pemilu yang sesuai dengan ekspektasi pasar.

Pergerakan IHSG bahkan sempat menyentuh level 6.636 pada awal pembukaan sesi 1 pada hari ini, kendati uforia peningkatan IHSG juga tertahan dan berkurang akibat aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan pelaku pasar domestik. Dengan demikian, IHSG pun ditutup pada level 6.521 pada akhir perdagangan sesi 1.

“Sebagian pelaku pasar menilai bahwa hasil Pemilu sesuai dengan ekspektasi awal sehingga cenderung melakukan sell on news. Selain itu ada antisipasi atas kekhawatiran naik banding hasil penyelenggaraan Pemilu oleh oposisi,” kata Thendra kepada Bisnis.com, Kamis (18/4/2019).

Senada, analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menyampaikan bahwa memang betul investor asing menyambut positif hasil dari quick-count Pemilu karena sesuai dengan ekspektasi. “Jika bulan ini [IHSG] ditutup menguat signifikan, maka Mei masih bisa melanjutkan penguatannya lagi,” tutur Nafan.

Nafan menjelaskan, setidaknya saat ini para pelaku pasar termasuk investor asing telah mendapatkan kepastian terkait dengan dinamika politik yang akan terjadi di Indonesia selama 5 tahun mendatang. 

“Setidaknya tidak akan ada perubahan kebijakan yang signifikan terkait dengan kebijakan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi,” imbuh Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini