Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. menilai Bank Indonesia memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps dalam 2—3 bulan ke depan apabila Bank Sentral Amerika Serikat tidak menaikkan suku bunga acuan.
“BI memiliki ruang apabila bank sentral Amerika Serikat tidak menaikkan suku bunga,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja kepada Bisnis, Selasa (16/4/2019).
Akan tetapi, menurut Jahja, meskipun suku bunga kebijakan Bank Indonesia atau BI 7 Day (Reverse) Repo Rate berpeluang turun, hal tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja perseroan.
Pada tahun ini, BCA akan menjaga pertumbuhan laba bersih dengan menyeimbangkan sejumlah komponen.
Pada tahun lalu, BCA menutup laba bersih setelah pajak sebesar Rp25,9 triliun atau naik 10,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini dicapai di tengah margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang turun tipis menjadi 6,1% dari sebelumnya 6,2%.
Berdasarkan laporan publikasi, pendapatan bunga bersih BCA per akhir 2018 naik 8,3% yoy menjadi Rp45,3 triliun. Hal itu diikuti oleh pendapatan nonbunga bank yang tumbuh 17% menjadi Rp17,7 triliun.
Lembaga keuangan Morgan Stanley menilai Bank Indonesia perlu membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 DRR.
Dalam riset Morgan Stanley yang berjudul Growth and Liquidity Cycles in Sync, disebutkan bahwa Bank Indonesia (BI) diprediksi menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada kuartal III/2019, seiring dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yang cenderung dovish, inflasi yang rendah, dan current account defisit yang mulai menyempit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel