Survei BI: Kredit Kuartal II/2019 Menguat Didorong Modal Kerja

Bisnis.com,19 Apr 2019, 16:49 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA – Sesuai dengan pola tahunannya, pertumbuhan kredit baru perbankan diperkirakan kembali menguat pada kuartal II/2019, setelah sempat melambat pada kuartal sebelumnya.

Survei Perbankan Bank Indonesia (SPBI) yang dikutip pada Jumat (19//4/2019) menyatakan pertumbuhan kredit kuartalan (quarter to quarter/qtq) diperkirakan naik, tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 98,6%. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan SBT pada kuartal I/2019 yang 50,0%.

Responden SPBI menyampaikan prakiraan meningkatkan pertumbuhan kredit pada kuartal genap ini didorong pertumbuhan kondisi ekonomi yang menguat, risiko penyaluran kredit yang rendah, rasio kecukupan modal yang meningkat serta likuiditas yang cukup.

Prioritas utama dalam penyaluran kredit baru kuartal II/2019 adalah kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Secara khusus untuk kredit konsumsi, prioritas utama adalah kredit pemilikan rumah/apartemen, diikuti kredit multiguna, dan kredit kendaraan bermotor.

Sejalan dengan proyeksi ekspansi kredit baru, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal ini juga diperkirakan akan lebih longgar yang tampak dari indeks lending standard (ILS) sebesar 12,4%, lebih rendah dibandingkan dengan Januari – Maret 13,6%.

Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama pada segmen konsumsi (KPR/KPA, dan lain-lain). Sementara itu, untuk kredit investasi diperkirakan lebih ketat daripada kuartal sebelumnya.

Aspek kebijakan kredit yang diperlonggar adalah biaya persetujuan kredit dan jangka waktu kredit. Di sisi lain, aspek lain seperti suku bunga kredit dan agunan justru akan lebih ketat.

Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit baru, penghimpunan dana masyarakat juga diperkirakan ikut tumbuh. SBT untuk dana pihak ketiga (DPK) sebesar 95.4% lebih tinggi dibandingkan dengan periode Januari – Maret 2019 sebesar 53,1%.

Kenaikan pertumbuhan DPK diproyeksikan terjadi pada jenis instrumen giro dan tabungan, sementara untuk deposito diperkirakan justru melambat.

Adapun untuk rata-rata biaya yang dikeluarkan bank atas dana nasabah (cost of fund) dalam rupiah diperkirakan tetap di level 6,02%, sedangkan biaya dana yang dioperasionalkan oleh perbankan untuk memperoleh pendapatan (cost of loanable) dalam rupiah diperkirakan naik 7 bps menjadi 9,45%.

Sejalan dengan kenaikan suku bunga dana, rata-rata suku bunga kredit Rupiah juga mengalami peningkatan, terutama pada kredit konsumsi dan modal kerja, masing-masing diperkirakan naik 6 bps dan 1 bps menjadi 12,91% dan 11,38%. Sementara itu suku bunga kredit investasi diproyeksikan turun 4 bps.

Pada jenis kredit konsumsi, kenaikan suku bunga terjadi pada kredit kendaraan bermotor dan kartu kredit masing-masing 3 bps dan 1 bps, sedangkan suku bunga KPR/KPA serta multiguna diperkirakan turun.

Untuk proyeksi pertumbuhan sepanjang tahun, rata-rata responden dalam SPBI memperkirakan kredit 2019 tumbuh 11,6% (yoY), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada 2018 sebesar 12,1%. Perkirakan kinerja penyaluran kredit tersebut didukung optimisme akan penguatan pertumbuhan ekonomi serta relatif rendahnya risiko penyaluran kredit pada tahun ini.

Kemudian untuk proyeksi penghimpunan DPK sampai akhir tahun diperkirakan menguat, didorong kenaikan suku bunga dana dan peningkatan pelayanan bank kepada nasabah. SBT untuk penghimpunan DPK 2019 sebesar 94,0% lebih tinggi dibandingkan dengan 2018 sebesar 91,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini