Aktivitas Transaksi Kawasan Industri Terbatas

Bisnis.com,22 Apr 2019, 18:44 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Ilustrasi Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek properti./Bloomberg-Ben Nelms

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar kawasan industri memiliki tingkat keterisian dan permintaan tinggi. Namun, tak membuat harga sewa dan lahan menjulang tinggi. Rendahnya tambahan pasok dan aktivitas ekspansi industri jadi penyebab.

Berdasarkan hasil riset Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, harga lahan kawasan industri sejak 2014 stabil dengan rata-rata di kisaran US$150 – US$275 per meter persegi.

Head of Research JLL James Taylor mengatakan bahwa sejak krisis finansial global, harga lahan sudah sempat bertumbuh cepat dan banyak hingga 300 persen, tapi tak sejalan dengan sewanya tidak bertumbuh banyak, hanya 5-6 persen per tahun.

“Kondisi itu membuat penyewa dan investor berpikir dua kali untuk sewa karena harganya sangat mahal, pengembang juga berpikir dua kali untuk bangun karena lahannya mahal sekali, cuma bisa dibangun untuk disewakan. Jadi sekarang harganya flat, dan harusnya membuat lebih mudah bagi pengembang,” ujar Taylor belum lama ini.

Melihat harga lahan sekarang, JLL memproyeksikan harganya akan tetap naik perlahan dan stabil sampai beberapa tahun ke depan, tapi tidak akan turun. Harganya, imbuh Taylor, akan naik perlahan karena tingkat sewanya juga akan demikian, terutama kalau sudah ada pasok baru.

Saat ini, pasar kawasan industri dengan berada dalam kondisi kekurangan pasok, hanya terdapat tambahan pasok sebanyak 27.000 meter persegi pada kuartal I/2019 dengan keterisian keseluruhan pasok mencapai lebih dari 97 persen.

Hal ini, menurut Taylor, menyulitkan industri seperti perusahaan dagan elektronik untuk berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Rochmad Purboyo
Terkini