Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Danamon Indonesia Tbk. membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after taxes/NPAT) sebesar Rp933 miliar per kuartal I/2019.
Realisasi tersebut turun sebesar 11% secara tahunan dibandingkan dengan total laba bersih kuartal I/2018 sebesar Rp1,04 triliun, namun naik 6% dibandingkan dengan posisi per akhir 2018 sebesar Rp884 miliar.
Salah satu faktor penurunan laba tersebut karena adanya divestasi Adira Insurance. Sehubungan dengan penandatangan perjanjian penjualan dan penyertaan saham bersyarat terkait divestasi itu, laporan laba bersih Adira Insurance disajikan terpisah di bawah laporan laba rugi sebagai laba bersih dari kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual.
Selain itu, menurut Satinder Ahluwalia, Chief Financial Officer dan Direktur Bank Danamon faktor biaya dana juga turun berpengaruh terhadap penurunan laba.
Naiknya biaya dana sejak semester II/2018 berdampak menggerus pendapatan bunga bersih. Sepanjang Januari – Maret 2019, pendapatan bunga bersih turun 2% (YoY) dari Rp3,59 triliun menjadi Rp3,54 triliun.
“Tahun lalu dan kuartal I ini kami lihat ada dampak cost of fund [COF] yang cukup besar pada bisnis semua sektor. COF sudah naik dari tahun lalu tapi kami belum bisa pass-on semua ke nasabah, karena akan berdampak pada kredit bermasalah. Sekarang NIM sudah mulai turun sedikit dan COF juga sudah mulai stabil,” katanya saat paparan kinerja kuartal I/2019 di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Meski begitu, lanjut Satinder, pada dasarnya perseroan mampu mencetak kinerja yang cukup positif yang tampak dari pertumbuhan kredit.
Total portofolio kredit dan trade finance pada tiga bulan pertama 2019 sebesar Rp138 triliun, tumbuh 6% (YoY). Pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh permintaan konsumen yang kuat di sejumlah segmen kunci, seperti kredit pemilikan rumah dan pembiayaan kendaraan bermotor melalui Adira Finance.
Bank juga mencatatkan kualitas aset yang sehat, dengan posisi rasio kredit bermasalah (nonperforming loans/NPL) menjadi 2,8% dibandingkan 3,2% setahun sebelumnya.
“Terkait kinerja, kredit yang kami salurkan terus bertumbuh khususnya di sejumlah segmen bisnis, termasuk consumer mortgage, pembiayaan kendaraan bermotor, enterprise banking dan pembiayaan UKM,” ujarnya.
Untuk portofolio KPR tercatat tumbuh 27% menjadi Rp8,3 triliun, kredit di segmen enterprise banking yang terdiri dari perbankan korporasi, perbankan komersial dan institusi keuangan naik 7% menjadi Rp39,5 triliun. Adapun segmen UKM tumbuh sebesar 6% menjadi Rp31,1 triliun.
Sementara itu, untuk pembiayaan kendaraan bermotor, Adira Finance tumbuh 14% secara setahunan menjadi Rp52,6 triliun pada kuartal pertama tahun 2019. Pertumbuhan itu didukung oleh pembiayaan kendaraan roda dua dan roda empat yang naik masing-masing sebesar 14% dan 15% secara YoY.
Di luar perbankan mikro, total portofolio kredit dan trade finance tumbuh 10% menjadi Rp 136,4 triliun dibandingkan setahun sebelumnya.
Dari sisi penghimpunan pendanaan, dana murah (current account saving account/CASA) Bank Danamon tumbuh 2% menjadi Rp50,9 triliun. Sementara itu, dana mahal deposito mengalami kenaikan 11% menjadi Rp59,5 triliun.
Satinder mengatakan likuiditas dan permodalan perseroan masih terjaga cukup baik dengan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) atau Macroprudential Intermediation Ratio pada posisi 96,4%.
“Likuiditas bank terkelola dengan baik untuk mendukung pertumbuhan ke depan. Rasio kecukupan modal [capital adequacy ratio/CAR] konsolidasi dan CAR individual masing-masing tercatat 22,0% dan 22,8%.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel