Bisnis.com, NADI — Bank Indonesia dinilai memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan atau BI 7 Day (Reverse) Repo Rate sebagai salah satu langkah pelonggaran kebijakan moneter.
Kepala Ekonom Asean+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) Hoe Ee Khor mengatakan strategi kebijakan yang sudah diterapkan oleh Bank Indonesia (BI), yakni pre-emptive, front loading, dan ahead the curve sudah tepat. Tetapi, dia menilai bank sentral dapat mulai melakukan pelonggaran kebijakan moneter guna memacu pertumbuhan ekonomi.
“BI punya ruang untuk itu. Ketika kondisi sudah memungkinkan, kondisi ekonomi global sudah membaik, dan tekanan global sudah reda,” ujar Khor seusai pemaparan Prospek Ekonomi Regional Asean+3 di Nadi, Fiji, Rabu (1/5/2019).
Menurutnya, kebijakan yang diterapkan oleh BI serta Pemerintah Indonesia telah mampu menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional di tengah banyaknya tekanan, baik dari dalam negeri maupun tekanan eksternal. Demikian pula, tren nilai tukar rupiah saat ini dinilai cukup stabil untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sesuai target yang diharapkan.
AMRO memproyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 dan 2020 akan mencapai 5,1 persen. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada 2018 yang sebesar 5,2 persen. Sebagian besar faktor penghambat pertumbuhan ekonomi berasal dari faktor eksternal.
Salah satu bentuk tekanan global yang dihadapi oleh Indonesia serta negara-negara di kawasan Asean+3, menurut AMRO, adalah risiko kenaikan harga minyak dunia yang di satu sisi menguntungkan dari sisi fiskal tapi berdampak buruk terhadap neraca perdagangan.
“Akan ada sedikit perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi kita harus fokus pada resiliensi. Bagaimana ekonomi tetap tumbuh ketika pada tahun lalu Indonesia didera capital outflow serta diterpa sejumlah bencana alam yang cukup besar,” tambah Khor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel