Manufaktur Ungguli Jerman, Indonesia Incar 10 Negara Perekonomian Terkuat 2030

Bisnis.com,07 Mei 2019, 17:39 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Presiden Joko Widodo berswafoto dengan para pekerja saat mengunjungi pabrik sepatu PT KMK Global Sports I, Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Implementasi strategi Making Indonesia 4.0 ditargetkan mampu menjadikan Indonesia masuk jajaran 10 besar negara perekonomian terkuat pada 2030, menyusul kinerja manufakturnya yang telah menggungguli Jerman.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pada saat ini perekonomian nasional masuk 16 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia.

“Kalau hasil studi PwC dan McKinsey, kita bisa masuk 7 besar ekonomi dunia di 2045, sementara pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti, kita menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2019).

BPS mencatat, manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 18,98%, disusul industri pengolahan tembakau yang tumbuh 16,10%, kemudian industri furnitur tumbuh 12,89%, serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 11,53%.

Kinerja positif juga diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mengalami pertumbuhan 9,22%, industri logam dasar tumbuh 8,59%, serta industri makanan dan minuman tumbuh 6,77%. Sektor ini yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan I-2019 sebesar 5,07%.

“Sebagian besar industri-industri tersebut adalah yang sedang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Sektor ini yang memiliki dampak ekonomi besar dan kriteria kelayakan implementasi industri 4.0, serta dilihat dari kontribusi terhadap PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi dan kecepatan penetrasi pasar,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini