Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bareksa Prioritas Indonesia (BPI) menilai belum banyak masyarakat di segmen kalangan menengah atas yang teredukasi terkait dengan investasi reksadana melalui platform online.
Karaniya Dharmasaputra Co-Founder & CEO Bareksa.com mengatakan bagi segmen premium, edukasi tentang segi keamanan berinvestasi reksa dana di platform online masih sangat diperlukan dan tentunya lewat pendekatan yang lebih personal.
Di saat yang sama, investor kerap masih beranggapan bahwa ketika memutuskan membeli reksa dana, maka dana investor akan masuk ke rekening agen penjual reksa dana.
“Padahal, berinvestasi reksa dana tidak sama dengan menabung atau menyimpan deposito di bank. Investor tidak perlu khawatir uang akan disalah gunakan oleh pihak yang tidak jelas. Seluruh dana nasabah akan disimpan secara aman di Bank Kustodian,” katanya seperti dikutip dari siaran pers, Senin (6/5).
Artinya, lanjutnya, baik agen penjual ataupun manajer investasi tidak menyimpan aset apapun yang menjadi hak investor.
Bank Kustodian selaku lembaga pengadministrasi memegang posisi penting dalam memastikan aset investor sudah terhitung dengan benar sesuai dengan dana yang dibayarkan. Proses ini memakan waktu setidaknya satu hari sebelum kemudian investor menerima laporan perolehan unit hariannya (Nilai Aktiva Bersih/NAB).
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Peran ini menjadi semakin penting dalam ranah transaksi di platform digital.
Sosialisasi platform digital dalam instrumen investasi yang masih erat dengan lembaga keuangan konvensional tentunya membawa tantangan tersendiri bagi Bareksa Prioritas.
Didukung oleh tenaga advisor yang berpengalaman selama lebih dari 10 tahun di industri, Karaniya mengakui bahwa proses edukasi ke investor tentang aspek keamanan pun masih terus berjalan.
“Faktor kenyamanan dan kepekaan akan segi security kami nilai sangat berpengaruh terhadap kepercayaan investor. Ketika kepercayaan sudah kami capai, tentu akan berdampak pada keputusan investor dalam menggunakan layanan Bareksa Prioritas,” ujarnya.
Dalam konteks investasi dengan pola hubungan personal yang sudah demikian kuat terjalin antara perbankan dan investor high net-worth juga kerap menjadi tantangan bagi pelaku bisnis fintech yang ingin merambah pangsa pasar ini.
Kedekatan personal seringkali berimbas pada pembentukan mindset investor bahwa jika terjadi risiko dalam pengelolaan aset, maka pihak yang bisa dimintai pertanggung jawaban adalah pihak yang selama ini berkomunikasi intens dengan investor.
“Literasi tentang investasi di Indonesia masih sangat minim. Hal ini bisa kita lihat dari investor pemula ataupun yang sudah familiar dengan beragam instrumen investasi. Baik di platform konvensional maupun digital.
Oleh karena itu, salah satu cara menghindari hal tersebut adalah dengan memperbanyak konten-konten edukasi secara merata kepada seluruh segmen.
Edukasi investor juga dilakukan oleh para advisor Bareksa Prioritas, termasuk soal keamanan dan transparansi transaksi. Hal ini dilakukan agar terbangun pemahaman konsep yang tepat, sehingga setiap investor memiliki independensi dalam menentukan strategi untuk mengoptimalkan asetnya.
Bareksa Prioritas fokus pada nasabah high segment dengan dana simpanan minimum Rp5 miliar. Beragam layanan premium diberikan kepada investor mulai dari laporan riset, feature teknologi Bareksa.com, hingga customer loyalty program yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel