Bersaing Himpun Dana, Bank Mandiri Naikkan Bunga Deposito

Bisnis.com,07 Mei 2019, 00:24 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus

Bisnis.com, JAKARTA – Ketatnya persaingan penghimpunan dana masyarakat membuat PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memilih strategi penaikan suku bunga simpanan, khususnya bunga special deposito atau special rate.

Menurut Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan, penaikan bunga deposito tersebut mau tak mau dilakukan karena mengikuti perkembangan di pasar, kendati efeknya membuat biaya dana jadi terkerek.

“Kami ikut suku bunga pasar saja,” katanya kepada Bisnis, Senin (6/5/2019).

Dalam kesempatan sebelumnya, Panji mengatakan hampir semua bank mengalami kenaikan biaya dana (cost of fund/COF) karena kenaikan suku bunga dan persaingan perebutan dana sejak tahun lalu.

Panji menjelaskan pihaknya tidak menggunakan strategi bunga special deposito pada tahun lalu. Akan tetapi pada tahun ini, upaya tersebut tidak dapat dihindarkan.  

“Karena likuiditas ketat, jadi dana masih harus didapatkan dengan special rate, maka terpaksa kami harus masuk dalam special rate deposito dan sebagian suku bunga DPK valas terpaksa kami adjust,” kata Panji beberapa waktu lalu.

Guna menghindari tekanan yang lebih tinggi terhadap net interest margin (NIM), Bank Mandiri memutuskan menaikkan yield of loan sebesar 10 bps dari 8,2 persen menjadi 8,3 persen.

Selain menaikkan bunga kredit, kenaikan CoF juga dikompensasikan lewat strategi pengelolaan likuiditas dari instrumen jangka pendek ke obligasi yang jangka menengah panjang.  

Dengan kondisi tersebut, CoF dapat terjaga di level 2,9 persen dan penurunan NIM tidak terlalu signifikan yakni dari 5,80 persen pada Maret 2018 menjadi 5,66 persen pada kuartal I/2019.

Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan penaikan suku bunga deposito tersebut dilakukan secara hati-hati agar tidak membuat beban biaya dana semakin tinggi.

“Kalau ingin DPK tumbuh lebih cepat ya tinggal menaikkan suku bunga, tapi harus lihat dampaknya terhadap profitability,” ujarnya.

Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menambahkan guna menjaga rasio NIM dperseroan masih akan fokus menggenjot dana-dana murah tabungan dan deposito.

“Sejak akhir 2018, kami ada shifting strategy dalam hal pengelolaan DPK. Kami lebih fokus mendorong dana murah. Untuk tabungan, kami tidak tertarik dengan ending  balance, tetapi ingin tumbuh dari sisi average balance, karena ini lebih riil. Dana yang masuk lebih sustain dan merefleksikan cadangan likuiditas dalam membuat rencana yang lebih realisitis,” kata Hery.

Per akhir Maret 2019, total dana yang dihimpun Bank Mandiri mencapai Rp827,8 triliun, naik Rp58,5 triliun atau sebesar 7,6 persen secara year on year. Untuk tabungan dalam denominasi Rupiah mengalami pertumbuhan 6,2 persen (YoY) menjadi Rp303,6 triliun sedangkan tabungan valuta asing (valas) naik 10,3 persen menjadi Rp27,7 triliun.

Giro Rupiah naik 6 persen (yoy) menjadi Rp132,3 triliun, dan giro valas turun 14 persen jadi Rp52,8 triliun. Penurunan ini lantaran adanya pengalihan dana dari beberapa nasabah dari giro ke deposito valas.

Walhasil dana mahal valas mengalami kenaikan signifikan sebesar 96,1 persen menjadi Rp50,6 triliun dari sebelumnya Rp25,8 triliun. Sedangkan deposito rupiah naik 5,8 persen menjadi Rp260,7 triliun.

Secara industri, Bank Indonesia mencatat penghimpunan DPK pada Maret 2019 dalam instrumen tabungan dan giro mengalami pertumbuhan, sedangkan instrumen deposito justru mengalami perlambatan.

Berdasarkan Analisis Uang Beredar, total penghimpunan DPK pada Maret 2019 sebesar Rp5.456,2 triliun, tumbuh 6,3 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK Februari 2019 sebesar 5,8 persen (YoY).

Giro dan tabungan masing-masing tumbuh dari 1,2 persen (YoY) dan 6,1 persen(YoY) pada Februari 2019 menjadi 4,0 persen (YoY) dan 6,5 persen(YoY) pada Maret 2019. Di sisi lain, simpanan berjangka atau deposito tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan bulan sebelumnya.

Per Maret 2019, simpanan deposito tumbuh melambat dari 7,9 persen (YoY) menjadi 7,3 persen (YoY) pada Maret 2019. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pertumbuhan simpanan berjangka milik nasabah korporasi maupun perorangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Akhirul Anwar
Terkini