Investor Nantikan Perundingan Dagang AS-China, Dolar Melemah Terhadap Yen

Bisnis.com,09 Mei 2019, 11:45 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Petugas menata tumpukan uang dolar AS/ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak di kisaran level terendah enam pekan terakhir terhadap yen pada perdagangan Kamis (8/5/2019), karena aksi penghindaran risiko mencengkeram pasar di tengah kekhawatiran bahwa konflik perdagangan AS-China dapat meningkat.

Dilansir Reuters, pasar dengan gugup menunggu dimulainya pembicaraan perdagangan dua hari di Washington hari ini melihat apakah juru runding China dapat meyakinkan Gedung Putih untuk membetalkan ancaman kenaikan tarif impor pada hari Jumat.

Yen terpantau menguat 0,14 persen atau 0,15 poin ke level 109,95 per dolar AS pada pukul 11.02 WIB. Yen cenderung menarik permintaan sebagai mata uang safe-haven di saat terjadi perselisihan politik dan gejolak pasar.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, pagi ini terpantau melemah 0,01 persen atau 0,009 poin ke level 97,614 pada pukul 11.09 WIB.

Indeks dolar sebelumnya di zona merah dengan pelemahan 0,04 persen atau 0,041 poin ke level 97,582, setelah pada perdagangan Rabu (8/5) ditutup melemah hanya 0,01 persen atau 0,005 poin di posisi 97,623.

Harapan bahwa AS dan China akan mencapai kesepakatan segera untuk mengakhiri perang dagang mereka telah berbalik pekan ini, dan menyebabkan investor melarikan diri dari aset berisiko.

Washington menuduh Beijing mundur dari komitmen yang dibuat selama negosiasi perdagangan dan Presiden AS Donald Trump telah mengancam untuk menaikkan tarif barang-barang asal China pada hari Jumat dan memberlakukan tarif baru segera jika tidak ada kesepakatan.

"Sementara kemungkinan perundingan perdagangan AS-China mendatang belum menjadi skenario utama, pasar mata uang secara bertahap mulai mempertimbangkan kemungkinan seperti itu," ungkap Shin Kadota, analis senior di Barclays, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini