Trump Cari Tambahan US$1,6 Miliar untuk NASA

Bisnis.com,14 Mei 2019, 06:47 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho

Kabar24.com, JAKARTA – Pemerintahan Trump meminta Kongres pada hari Senin (13/5/2019) untuk meningkatkan pengeluaran NASA tahun depan sebesar US$1,6 miliar untuk mengakomodasi tujuan percepatan agar orang AS kembali ke permukaan bulan pada tahun 2024.

Permintaan peningkatan pendanaan yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump di Twitter tersenit datang hampir dua bulan setelah Wakil Presiden Mike Pence menyatakan tujuan mempersingkat empat tahun lini waktu NASA untuk mendaratkan astronot kembali ke bulan untuk pertama kalinya sejak 1972.

Usulan peningkatan pengeluaran akan membawa tingkat total pengeluaran NASA untuk tahun fiskal 2020 menjadi US$22,6 miliar. Sebagian besar peningkatan diperuntukkan untuk penelitian dan pengembangan untuk sistem pendaratan manusia di bulan, menurut ringkasan yang disediakan oleh NASA, seperti dikutip Reuters.

"Di bawah pemerintahan saya, kami memulihkan @NASA menjadi luar biasa dan kami akan kembali ke Bulan, lalu Mars,” ungkap Trump pada akun Twitter-nya, Senin (13/5).

"Saya memperbarui anggaran untuk memasukkan US$1,6 miliar tambahan sehingga kami dapat kembali ke luar angkasa dengan cara yang hebat!" lanjutnya.

NASA sebelumnya bertujuan mengembalikan pesawat ruang angkasa yang diawaki ke permukaan bulan pada tahun 2028, setelah menempatkan stasiun "Gateway" ke orbit di sekitar bulan pada tahun 2024.

Sasaran yang baru dipercepat ini, yang menjadikan usaha yang menelan biaya puluhan miliar dolar, muncul ketika NASA telah berjuang dengan bantuan mitra swasta untuk melanjutkan misi penerbangan manusia ke luar angkasa dari AS untuk pertama kalinya sejak program pesawat ulang-alik berakhir pada 2011.

Program Apollo AS, cikal bakal NASA dalam upaya mengembalikan manusia ke satelit alami Bumi, telah melakukan enam misi berawak ke bulan dari tahun 1969 hingga 1972.

Sejauh ini, hanya dua negara lain yang melakukan pendaratan yang terkendali di bulan – bekas Uni Soviet dan China, namun dengan kendaraan robot tak berawak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini