Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank BTPN Tbk. kian agresif untuk bisa terlibat dalam penyaluran kredit sindikasi, guna menggenjot kredit ke segmen nasabah korporasi.
Nathan Christianto, Executive Vice President Head Of Wholesale Banking BTPN mengatakan bahwa saat ini ada sekitar lima proyek kredit sindikasi yang sedang berjalan di mana BTPN menjadi mandated lead arrangger dan book runner.
"Selain ada beberapa transaksi sindikasi yang telah berjalan pada kuartal I," katanya di Jakarta beberapa waktu lalu.
Nathan mengatakan sektor yang dibiayai oleh bank hasil merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) tersebut secara sindikasi cukup bervariasi, antara lain ke bidang logistik dan pembiayaan konsumer.
"Kalau untuk kuartal I yang sudah selesai dan berjalan, nilai transaksinya sekitar US$400juta— US$500 juta. Tapi itu belum termasuk yang dalam pipeline," tambahnya.
Lebih lanjut Nathan mengatakan keikutsertaan BTPN dalam sindikasi menunjukkan kepercayaan terhadap BTPN baik dari sisi borrower maupun sesama bank pemberi kredit. Pasalnya, dalam memberikan sindikasi, BTPN juga menggandeng bank asing dari luar negeri seperti Jepang, Taiwan, Singapura dan Hong Kong.
Bank BTPN melayani segmen korporasi berskala besar di Indonesia, seperti badan usaha milik negara (BUMN), perusahaan multinasional, konglomerasi lokal Indonesia, dan perusahaan Jepang. Pembiayaan korporasi antara lain mengalir ke proyek infrastruktur dan industri pendukung yang sejalan dengan program pembangunan yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
"Program yang kami kembangkan sejalan dengan program pemerintah. Kami sangat peduli dengan ketahanan pangan dan energi baik listrik maupun bahan bakar serta bidang infrastruktur secara keseluruhan baik jalan tol, pelabuhan dan bandara," katanya.
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menambahkan adanya dukungan dari SMBC selaku pemegang saham pengendali menjadi nilai lebih BTPN dibandingkan bank umum lainnya terutama dari sisi kemampuan memberi kredit dalam jumlah besar.
"Keunikan BTPN dalam melayani segmen korporasi yakni adanya global support. Misalnya untuk sindikasi ke proyek infrastruktur yang besar tentunya perlu keahlian khusus, butuh dana yang besar serta kemampuan sindikasi bukan hanya dengan bank lokal tapi juga bank asing sebab sebagian sindikasi dalam valas," ujar Ongki.
Sebagai informasi segmen korporasi perseroan mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam kuartal I/ 2019. Apabila dibandingkan dengan posisi tahun lalu, pembiayaan korporasi tumbuh 12%, dari Rp64,3 triliun menjadi Rp71,9 triliun (yoy).
Sebelum merger bisnis ini dikelola oleh SMBCI. Setelah penggabungan usaha, portofolio ini dicatatkan ke dalam neraca Bank BTPN. Ongki menjelaskan, segmen korporasi masih memiliki ruang yang sangat besar untuk bertumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel