Bank Victoria Tambah Modal Rp100 Miliar

Bisnis.com,20 Mei 2019, 09:16 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA –  PT Bank Victoria International Tbk. menambah permodalan tahun ini melalui private placement atau tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp100 miliar. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar 10 Mei 2019 telah menyetujui hal tersebut.

Direktur Utama Bank Vicotira Ahmad Fajar mengatakan bahwa sumber dana berasal dari grup internal pemegang saham, terutama dari Holding Victoria. Selain itu pemegang saham yang tidak melalui pasar modal dengan kepemilikan lebih dari 5% mempertahankan posisinya.

“DEG Jerman tetap mempertahankan sharenya pada posisi yang sama,” katanya kepada Bisnis, pekan lalu.

Berdasarkan laporan publikas Maret 2019, pemegang saham pengendali (PSP) Bank Victoria adalah Suzanna Tanojo. Dia menjadi PSP melalui PT Victoria Investama Tbk. yang memiliki 46,38% saham, PT Nata Patindo 2,73% saham, dan dia sendiri 17,74% saham.

DEG-Deutsche Investitions-und Entwicklungsgesellschaft mbH memiliki 9,00% saham. Kemudian masayarakat melalui pasar modal dengan kepemilikan kurang dari 5% berjumlah 24,15%.

Selain itu, Bank Victoria akan juga akan menambah permodalan melalui penerbitan obligasi subordinasi dan obligasi senior sekitar Rp500 miliar. Perusahaan menargetkan aksi korporasi ini efektif pada akhir Juni 2019.

“Penggunaannya untuk ekspansi kredit dan memperkuat permodalan,” kata Ahmad.

Adapun pada I/2019 emiten bank bersaidi BVIC juga melakukan aksi korporasi. Perusahaan mengonversi piutang PT Bima Multi Finance menjadi pembelian saham.

Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Evek Indonesia (20/3/2019),emiten bersandi BVIC ini membeli saham sebanyak 76.734.766 lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp1 per lembar saham.

Dengan demikian, BVIC memiliki 80.287.197 lembar saham PT Bima Multi Finance, atau mewakili 34,91% dari total saham keseluruhan.

Meski aksi korporasi ini diprediksi tidak akan memberi dampak signifikan pada kinerja operasional, tetapi setidaknya menjaga kondisi keuangan PT Bima Multi Finance untuk menjaga keberlangsungan usaha.

Sementara itu BVIC sendiri tengah mengalami tren perlambatan pertumbuhan laba perusahaan. Bank bermodal inti Rp1 triliun hingga Rp5 triliun ini labanya merosot 39,79% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp79,01 miliar pada tahun buku 2018.

Berdasarkan RUPST, 14,17% dari laba bersih atau Rp11,2 miliar digunakan untuk pembentukan cadangan dana umum. Sisanya, atau Rp67,89 miliar dibukukan sebagai laba ditahan, sehingga perseroan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2018.

Pada awal tahun ini laba BVIC kembali merosot. Pada kuartal I/2019, laba bank anjlok 60,7% yoy menjadi Rp22,47 miliar.

Sebelumnya Ahmad sempat mengatakan bahwa laba bersih tertekan karena banyak menyalurkan pembiayaan kepada sektor multifinance. Tahun ini perusahaan akan melakukan konsolidasi untuk melakukan perbaikan kualitas aset.

Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perusahaan merangkak naik. Pada tiga bulan pertama 2018 rasio NPL BVIC 2,70%.

BVIC menutup 2018 dengan rasio NPL sebesar 3,48%. Pada kuartal pertama 2019, rasio NPL kembali naik menjadi 3,91%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodilah Muqoddam
Terkini