Cadangan Minyak Mentah AS Diindikasikan Naik, Harga Minyak Jatuh

Bisnis.com,22 Mei 2019, 12:20 WIB
Penulis: Dika Irawan
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global jatuh pada perdagangan Rabu (22/5/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 11.20 WIB, harga minyak West Texas Intermediate melemah 0,82% atau 0,52 poin menjadi US$62,21 per barel. Sementara, harga minyak Brent melemah 0,57% atau 0,41 poin menjadi US$71,77 per barel.

Harga minyak turun setelah Arab Saudi, Selasa (21/5/2019), menegaskan bakal menjaga keseimbangan pasar dan mencoba mengurangi ketegangan di Timur Tengah. Namun, data industri menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah di Amerika Serikat.

Dewan menteri Arab Saudi lewat media pemerintah melaporkan, Rabu (22/5/20), menyatakan bahwa Saudi mengulangi komitmen untuk menyeimbangkan pasar minyak global dan mencegah konflik regional antara Iran dan AS.

“Akan melakukan segala daya untuk mencegah perang dan berusaha memperluas perdamaian. Hal ini untuk mencapai keseimbangan di pasar [minyak] dan bekerja menuju stabilitas dasar berkelanjutan.”

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengancam Iran dengan kekuatan besar jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah.

Pada Selasa (21/5/2019), Sekretaris Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan, untuk sementara ancaman dari Iran tetap tinggi. Tindakan pencegahan telah dilakukan oleh Pentagon untuk menahan potensi serangan terhadap Amerika.

Ketegangan meningkat setelah Trump menerapkan kembali sanksi terhadap minyak Iran dan ekspor lainnya. Hal tersebut untuk mencekik ekonomi negara itu dan memaksa Teheran berbicara mengenai program nuklirnya.

Langkah tersebut datang di saat pasar minyak sudah keteat karena pemangkasan oleh Organiasasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC), Rusia, dan para sekutunya.

Sementara itu, American Petroleum Institute (API) melaporkan, Selasa (21/5/2019) waktu setempat, melaporkan, stok minyak mentah AS naik secara tak terduga pada pekan lalu, sebesar 2,4 juta barel. Jumlah itu berbeda dengan perkiraan para analis sebesar 599.000 barel.

Data resmi dari laporan minyak tersebut akan dirilis oleh US Energy Information Administration, Rabu (22/5/2019) waktu setempat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini