Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) masih belum mengubah rencana initial public offering (IPO) yang ditargetkan pada 2020.
Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank Syariah Mandiri Putu Rahwidhiyasa mengatakan volatilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) dapat mempengaruhi minat pemegang saham untuk melakukan perubahan pada rencana IPO perseroannya. Namun, langkah tersebut masih belum diambil, dan manajemen masih tetap dengan rencana IPO yang dibuat tahun lalu.
"Memang banyak hal yang diperhatikan dalam rencana IPO, termasuk gejolak di pasar saham. Namun, rencana Mandiri Syariah masih belum ada yang berubah," katanya, Senin (27/5/2019).
Adapun, IHSG pada awal tahun berada pada posisi 6.150, dan naik secara gradual hingga menyentuh 6.500 pada Februari 2019. Posisi tersebut bertahan akhir April 2019, hingga akhirnya merosot ke posisi 5.850 pada pertengahan Mei 2019.
Putu menyampaikan, perseroan masih akan melantai di bursa pada waktu yang telah ditetapkan karena perseroan sangat membutuhkan dana segar untuk ekspansi bisnis.
Komisaris Utama Bank Syariah Mandiri Mulya E. Siregar sebelumnya menjelaskan setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan sebelum menjadi perusahaan terbuka, yakni kesiapan penerapan prinsip keuangan berkelanjutan, rasio pembiayaan bermasalah yang terjaga, dan pengembangan digital banking. Jika hal tersebut telah rampung, maka perseroan akan mempercepat proses IPO.
Meski demikian, Mulya menuturkan Mandiri Syariah sudah memiliki urgensi tersendiri untuk melantai di bursa. Hal ini erat kaitannya dengan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan syariah Tanah Air.
Berdasarkan laporan publikasi kuartal pertama 2019, Mandiri Syariah mencetak laba senilai Rp243 miliar per kuartal I/2019, tumbuh 100% (yoy). Perolehan laba tersebut beriringan dengan pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang mencapai 14,63%, yakni naik dari Rp5979 menjadi Rp68,54 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel