Bisnis.com, JAKARTA – Hingga Mei 2019, belum ada satu pun bank yang melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Minimnya jumlah bank yang melantai di bursa saham diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun.
Pada 2013 dan 2014 masing-masing ada empat bank yang melakukan IPO. Kemudian, papda 2015 dan 2016 masing-masing ada dua bank melakukan aksi korporasi yang sama.
Pada 2017, tidak ada satupun bank yang terdaftar menjadi perusahaan publik, sedangkan pada 2018 sedikitnya ada dua bank yang sukses menggalang dana publik melalui IPO.
Salah satu bank yang menyatakan akan segera melakukan IPO yakni PT Bank Mayora. Akan tetapi perseroan masih mematangkan rencana tersebut dan lebih memilih untuk melantai di bursa pada 2021.
Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan pada awalnya perusahaan hendak mencatatkan diri di bursa pada 2019. Namun persiapan yang dibutuhkan Mayora untuk menjadi perusahaan publik ternyata akan memakan waktu.
Sebelumnya Irfan juga sempat mengatakan bahwa perusahaan menunda IPO tahun ini karena hendak melihat situasi politik. Mayora menilai ekonomi dalam negeri akan cenderung lebih baik usai pemilihan umum 2019.
“Rencana tersebut [IPO] masih ditunda dari rencana sebelumnya tahun 2019. Penundaan untuk persiapan dan lain-lain,” katanya kepada Bisnis, Selasa (28/5/2019).
Dari sisi perbankan daerah, beberapa bank pembangunan juga memiliki rencana untuk melantai di bursa saham, tapi belum ada yang terealisasi hingga saat ini.
PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, misalnya, menyatakan salah satu aksi korporasi yang akan dilakukan oleh perseroan untuk memacu pertumbuhan bisnis adalah IPO. Namun rencana tersebut baru akan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham.
Sebelumnya, beberapa bank daerah lain juga berencana melakukan IPO seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Bank Sulutgo). Sedianya aksi korporasi tersebut ditargetkan terealisasi pada 2018 tapi ditinjau kembali menjadi tahun 2019.
Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya (Bank DKI) menyatakan sudah memasukkan rencana IPO dalam RBB 2019. Rencana IPO Bank DKI sudah digaungkan sejak 2017.
Sementara itu dari sisi perbankan syariah ada dua anak usaha bank pelat merah yang kerap diberitakan akan melakukan IPO yakni PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) dan PT Bank BNI Syariah. Namun ketika dikonfirmasi, Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari enggan bicara banyak terkait perkembangan rencana menjadi perusahaan publik. "Jangan ngomong itu dulu. Rencana IPO belum tahun ini tapi tahun depan," kata Toni.
Di lain pihak, PT Bank BNI Syariah mengungkapkan peluang untuk melantai di bursa efek menjadi semakin minim. Perseroan akan memperhitungkan kembali aksi IPO yang semula direncanakan sebagai upaya untuk menggenjot permodalan bank agar naik kelas menjadi ba bank umum kegiatan usaha (BUKU) III dengan permodalan di atas Rp5 triliun.
Pasalnya pada akhir 2019, BNI Syariah akan mendapatkan penambahan modal untuk naik kelas menjadi BUKU III lewat konversi induk usaha di Aceh yakni dari bank konvensional menjadi BNI Syariah.
Dirut BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menyebutkan perseroan juga memiliki target pertumbuhan laba yang cukup agresif yakni sebesar 30% pada akhir 2019. Jika terealisasi, BNI Syariah akan mengantongi tambahan laba bersih Rp600 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel