YLKI Ingatkan Bahaya Bom Waktu Penyakit Kanker

Bisnis.com,03 Jun 2019, 02:43 WIB
Penulis: Puput Ady Sukarno
Ilustrasi kanker darah/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan untuk terus meningkatkan kewaspadaan akan bahaya bom waktu penyakit kanker yang prevalensinya cenderung terus meningkat.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan bahwa wafatnya mantan ibu negara Ani Yudhoyono yang membuat bangsa Indonesia mengharu biru dan Ustaz Arifin Ilham beberapa hari sebelumnya karena serangan kanker, secara tidak langsung mengingatkan akan bahayanya kanker.

"Kasus ini harus kita perhatikan secara seksama, bahwa potensi penyakit kanker di Indonesia sangatlah tinggi dan malah mengalami peningkatan prevalensinya dalam 5 tahun terakhir," ujarnya dalam keterangan resmi pada Minggu (2/6/2019).

Menurut, berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi penyakit kanker hanya 1,4%. Namun tragisnya pada hasil Riskesdas 2018, prevalensi penyakit kanker malah naik menjadi 1,8%.

"Jadi, ada bom waktu yang mengerikan terkait penyakit kanker di Indonesia. Ini bukti bahwa masih ada masalah serius terkait perilaku hidup sehat masyarakat, dan arah kebijakan kesehatan yang belum menyentuh hulu persoalan," ujarnya.

Menurutnya, apabila arah kebijakan pembangunan kesehatan itu benar, maka seharusnya prevalensi penyakit menular itu turun, bukan malah naik, termasuk prevalensi penyakit kanker.

"Oleh karena itu, YLKI mendesak pemerintah untuk fokus pembangunan kesehatan untuk menekan tumbuh kembangnya penyakit tidak menular," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, terbukti bahwa penyakit jenis ini menjadi benalu yang paling dominan bagi defisit keuangan BPJS Kesehatan.

"Jika kebijakan pemerintah tidak mendukung untuk menekan wabah penyakit tidak menular, prevalensi penyakit tidak menular seperti kanker, hanyalah bom waktu. Bom waktu bagi generasi emas yang digadang-gadang oleh pemerintah, dan kita semua," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini