Indeks Manufaktur Inggris Melemah ke Level 49,4

Bisnis.com,03 Jun 2019, 17:33 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Ilustrasi brexit/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor manufaktur Inggris periode Mei 2019 secara tak terduga menyusut untuk pertama kalinya sejak hasil referendum Brexit 2016.

PMI manufaktur IHS Markit turun menjadi 49,4 dari 53,1 pada April karena pabrik membatalkan persiapan Brexit ketika tanggal batas waktu keluarnya Inggris dari benua biru kembali diundur.

Selain itu, indeks manufaktur Inggris periode Mei juga dirilis lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan ekonom dalam survei Bloomberg, yaitu sebesar 52,2.

Adapun, indeks yang dirilis di bawah level 50 menjadi tanda adanya kontraksi pada ekspansi manufaktur.

Direktur IHS Markit Rob Dobson mengatakan bahwa penurunan indeks manufaktur saat ini mungkin akan terus berjalan dan akan memiliki konsekuensi negatif untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih luas di bulan-bulan mendatang

"Ketidakpastian Brexit, ketegangan perdagangan global, dan perlambatan tajam di sektor otomotif telah menahan laju pertumbuhan sektor ini," ujar Rob seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (3/6/2019).

Sebelumnya, sektor manufaktur Inggris sempat meningkat seiring dengan penumpukan intensif oleh pabrik yang ingin membangun inventarisnya saat batas waktu Brexit masih berada pada akhir Maret lalu.

Kini, tenggat waktu Brexit diundur menjadi 31 Oktober 2019 sehingga para pabrik pun membatalkan pemupukan inventaris.

Namun, mundurnya Theresa May dari Perdana Menteri Inggris, ada kemungkinan batas waktu Brexit akan kembali diundur atau Inggris akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan perdagangan apapun.

Di sisi lain, akibat sentimen tersebut pada perdagangan Senin (3/6/2019) pukul 16.58 WIB, poundsterling di pasar spot bergerak terbatas melawan dolar AS dengan menguat 0,1 persen menjadi 1,2641 poundsterling per dolar AS. Sementara itu, pasangan EUR/GBP melemah 0,04 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Tegar Arief
Terkini