Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank optimistis tingkat recovery kredit yang sudah dihapusbuku pada tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan potensi write off akan cenderung stagnan.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan target kredit bermasalah yang dihapusbukukan (write off) pada 2019 akan tumbuh stagnan atau kurang lebih sama bila dibandingkan dengan 2018 yang tercatat sebesar Rp12,2 triliun.
Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto mengatakan, proyeksi tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit perseroan pada 2019 yang ditargetkan sekitar 12%-14% atau kurang lebih sama dengan pertumbuhan 2018 yang tumbuh sekitar 14%.
"Sedangkan target kredit yang dapat di-recovery hingga akhir tahun 2019, optimistis nilainya dapat naik di atas 11% (yoy) dari nilai recovery 2018 yang tercatat sebesar Rp6,2 triliun. BRI menargetkan tingkat recovery rate tahun 2019 dapat terjaga di atas 50% atau naik bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Pada kuartal I/2019, nilai kredit BRI yang di-write off BRI sebesar Rp2,49 triliun atau turun 17,84% (secara year on year /YoY) bila dibandingkan dengan kuartal I/2018 yang sebesar Rp3,03 triliun.
Bambang mengatakan penurunan write off tersebut disebabkan oleh terjaganya kualitas kredit seiring dengan terjaganya kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat. Sementara itu, nilai kredit yang berhasil di-recovery emiten bersandi BBRI tersebut pada kuartal I/2019 tercatat sebesar Rp1,35 triliun.
"Sehingga tingkat recovery rate dapat mencapai 54% masih on the track dengan target yang ditetapkan minimal 50%," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama PT Bank OCBC NISP Tbk. Parwati Surjaudaja menyatakan potensi write off kredit di perseroan akan cenderung stagnan dengan tahun lalu.
Namun, dari sisi recovery dia berharap jumlahnya akan lebih tinggi pada semester II mendatang sejalan dengan ekspektasi membaiknya kondisi ekonomi pascapilpres.
Kendati tidak memerinci nilainya, Parwati mengatakan jumlah hapus buku kredit pada pada kuartal I/2019 mengalami peningkatan secara tahunan, terutama dari segmen retail termasuk kartu kredit.
"Penyebab utamanya memang karena pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai harapan," tutur Parwati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel