Waspadai Mutasi Virus Flu Burung, Pengawasan Pasar Unggas Hidup Diperluas

Bisnis.com,14 Jun 2019, 18:14 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Ilustrasi - Flu burung/abcnews.go.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dengan dukungan Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) membuat program perluasan pengawasan flu burung di pasar unggas hidup atau live bird market (LBM).

Program pengawasan ini pertama kali diluncurkan pada 2009, tetapi hanya mencakup LBM di kawasan Jabodetabek. Dengan perluasan ini, kegiatan monitor virus flu burung H5N1 dan efektivitas program pengendalian flu burung dari daerah asal unggas hidup juga akan menjangkau wilayah di bawah unit pelaksana teknis balai veteriner di seluruh Indonesia.

"Sejak 2009, kegiatan pengawasan LBM berhasil memonitor kemajuan pengendalian flu burung, mengidentifikasi awal munculnya virus baru, dan mendata profil dasar pasar unggas hidup di wilayah target pengawasan," ujar  Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa dalam keterangan tertulis, Jumat (14/6/2019).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, angka tahunan kasus flu burung turun dari 2.751 pada 2007 menjadi 476 kasus pada 2018. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Flu burung merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia atau bersifat zoonosis. Virus flu burung masuk ke Indonesia sejak 2003 dan tercatat menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. Guna melindungi kesehatan masyarakat dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar melakukan program pengandalian dan penanggulangan flu burung, salah satunya lewat pengawasan ini.

"Kegiatan ini mampu memonitor sirkulasi virus flu burung baik virus H5N1 galur 2.1.3 ataupun 2.3.2 serta mendeteksi awal munculnya virus influenza baru, seperti pada surveilans virus H9N2 dan virus influenza A subtipe lainny," ungkap Luuk Schoonman dari Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas (ECTAD) FAO.

Fadjar mengakui berjalannya program pengawasan ini tak lepas dari kerja sama berbagai instansi di tingat pusat maupun pusat, termasuk mitra kerja dan donor. Kendati demikian, ia mengakui masih banyak tantangan untuk menjamin keberlanjutan pengawasan LBM, terutama soal keterlibatan semua pihak untuk berbagi perencanaan dan pelaksanaan.

"Ke depannya semua pihak terkait diharapkan dapat merencanakan surveilans LBM sebagai bagian dari program pencegahan, pengendalian, dan penganggulangan flu burung di wilayah masing-masing serta memperkuat sistem monitoring virus flu burung secara daring," kata Fadjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Rochmad Purboyo
Terkini