MRA Restrukturisasi Utang KRAS Ditargetkan Rampung Akhir Juni

Bisnis.com,19 Jun 2019, 17:27 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Pekerja mengawasi proses produksi lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. menyatakan akan ikut serta dalam skema rencana restrukturisasi utang PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) yang disepakati dengan bank-bank pelat merah. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya tidak banyak memberikan masukan dalam proses pembahasan. Dia beralasan porsi kredit macet BCA di KRAS dinilai tidak terlalu besar dibandingkan dengan di bank-bank lainnya. 

"Kami bersyukur porsi kami kecil, jadi kami ikut saja [bagaimana skema restrukturisasi ] dari teman-teman Himbara [Himpunan bank pelat merah] dan bank-bank lain. Kami setuju saja, kalau tidak salah ada 3 skemanya," katanya saat ditemui di Jakarta, belum lama ini. 

Jahja mengatakan secara struktur, tiga skema yang dimaksud tersebut sudah diterima oleh bank-bank kreditur. Hanya saja menurutnya masih ada ketidaksepahaman dari sisi tingkat suku bunga. 

"Kalau strukturnya sudah oke yang 3 trans itu, tinggal yang saya dengar terakhir soal suku bunganya. Banyak bank-bank asing yang mengharapkan suku bunga itu setidaknya dapat menutupi  cost of fund mereka, karena memang yang ditawarkan masih kecil sekali," kata Jahja tanpa memerinci lebih lanjut. 

Dalam data yang dihimpun Bisnis dari laporan keuangan KRAS per Maret 2019, BCA memberikan fasilitas pinjaman senilai US$80 juta kepada Krakatau Steel (KRAS). Dari jumlah tersebut, saldo terutang yang jatuh tempo pada 29 Juli 2019 senilai US$34,57 juta dalam bentuk LC impor dan US$30,53 dalam bentuk kredit modal kerja. 

Selain BCA, KRAS juga memiliki utang kepada belasan kreditur lain yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia Tbk., Indonesia Eximbank, PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank OCBC NISP Tbk., PT Bank Danamon Indonesia Tbk., PT Bank Pan Indonesia Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank DBS Indonesia serta Standard Chartered Bank.

Secara terpisah, Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan perjanjian induk restrukturisasi (master restructuring agreement/MRA) diharapkan rampung dalam dua pekan ke depan. 

"MRA saat ini dalam persiapan, diharapkan sebelum akhir Juni selesai," katanya kepada Bisnis, Senin (17/6/2019). 

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Royke menjelaskan tiga rencana skema restrukturisasi utang KRAS. 

Skema tahap A berfokus pada normalisasi kinerja KRAS, tahap B yakni penjualan aset di sejumlah anak usaha dan fix asset yang tidak berkaitan langsung dengan operasional perseroan. Tahap C berupa penerbitan convertible bond yang dapat dikonversi dengan saham KRAS melalui mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu. 

“Ketiga skema ini diharapkan bisa jalan secepatnya. Untuk tahap kedua kami beri waktu bagi KRAS untuk jual aset dalam 3 tahun. Tapi kami harap sih tidak lebih dari 5 tahun,” kata Royke. 

Bank Mandiri termasuk salah satu bank dengan tagihan terbesar di KRAS. Per akhir 2018,  saldo tagihan jangka pendek Bank Mandiri di KRAS sebesar US$359,58 juta yang akan jatuh tempo pada 27 September 2019.

Tagihan tersebut terbagi dalam tiga jenis pinjaman seperti letter of credit impor (L/C) senilai US$161,2 juta, bank overdraft US$131,08 juta dan kredit modal kerja dalam Rupiah setara US$57,31 juta serta dalam Dolar Amerika senilai US$10 juta.

Sementara itu, Direktur Utama Bank BRI Suprajarto mengatakan bank BRI telah menyetujui tiga tahapan restrukturisasi utang KRAS. Skema penyelesaian kewajiban itu akan mulai berjalan setelah semua bank menandatangani perjanjian induk restrukturisasi (master restructuring agreement/MRA). 

“Prinsipnya sudah selesai. Ada tiga tahapan itu [kami ikuti]. Tinggal menunggu bank swasta dan asing tanda tangan MRA,” kata Suprajarto, awal pekan lalu.

Fasilitas kredit yang pernah diberikan BRI kepada KRAS yakni modal kerja impor sebesar Rp280 miliar serta US$50,5 juta noncash loan. 

Dari nilai itu, saldo terutang sebesar US$36,15 juta yang jatuh tempo pada 12 Juni 2019. Namun fasilitas tersebut belum termasuk pembiayaan dan kredit yang diberikan kepada anak usaha KRAS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rahayuningsih
Terkini