Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengaku sedang melakukan penjajakan untuk mengakuisisi sebagian saham PT Bank Syariah Bukopin.
Perseroan berharap dapat memperbesar aset unit syariahnya, yang direncanakan spin off pada 2020. Direktur Strategy, Compliance & Risk BTN Mahelan Prabantarikso mengatakan Bank Syariah Bukopin merupakan salah satu bank syariah yang masuk dalam daftar pertimbangan perseroan untuk dibeli sahamnya.
"Iya kami sedang melakukan tahap penjajakan dengan Bank Syariah Bukopin. Sampai saat ini, BTN masih mencari metode penyertaan untuk spin-off [UUS BTN]," paparnya seperti dikutip Bisnis, Rabu (19/6/2019).
Namun, Mahelan belum menjelaskan berapa besar kemungkinan penyertaan modal pada Bank Syariah Bukopin. Pasalnya, BTN masih memiliki beberapa opsi bank syariah lainnya untuk diakuisisi.
Tetapi, dia menyatakan kondisi modal perseroan masih cukup kuat meski memiliki agenda akuisisi 33.000 lembar (30 persen) saham PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNMIM), anak usaha PT Permodalan Nasional Madani (Persero), pada tahun ini.
Mahelan melanjutkan Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan berada di level17,62 persen dan pihaknya masih memiliki dana sekitar Rp1 triliun untuk melakukan aksi korporasi lainnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Bank Syariah Bukopin Evi Yulia Kurniawati membenarkan adanya negosiasi mengenai divestasi saham antara PT Bank Bukopin Tbk. dan BTN. Terkait porsi saham yang ditawarkan, dia menuturkan pemegang saham pengendali (PSP) saat ini berniat membagi kuasa pengendalian perseroan.
"Awalnya mungkin ada penyebutan rencana pelepasan 40 persen, tetapi hal itu masih dipertimbangkan. Yang jelas, mereka bisa menjadi PSP dengan saham di atas 25 persen," ucapnya.
Total modal inti Bank Syariah Bukopin berada di posisi Rp875,76 miliar pada kuartal I/2019, dengan 92,77 persen saham dikuasai Bank Bukopin.
Awal tahun ini, laba perseroan tercatat sebesar Rp500 juta, turun 66,66 persen dari posisi kuartal I/2018 yang senilai Rp1,5 miliar. Penurunan laba disebabkan oleh penurunan pendapatan bersih bunga yang turun dari Rp46,7 miliar menjadi Rp32,49 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel