Fungsi Intermediasi Kian Diuji, Pertumbuhan Anorganik Jadi Kebutuhan Bank

Bisnis.com,24 Jun 2019, 12:18 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Ilustrasi - Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Analis pasar modal menilai pertumbuhan anorganik menjadi kebutuhan industri perbankan. Pasalnya, kemampuan lembaga pemilik fungsi intermediasi mencetak laba akan semakin diuji.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan, bank tengah mendapat tekanan dari sisi margin bunga bersih (net interest margin/NIM). Selain itu pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) juga berpotensi tergerus dengan ekspansi bisnis perusahaan berbasis teknologi.

Saat ini perusahaan berbasis teknologi, baik yang bergerak di bidang finansial maupun e-commerce menawarkan layanan pembayaran tagihan. Sebelumnya kanal elektronik pembayaran tagihan bulanan hanya dilakukan oleh perbankan.

“Satu strategi yang dipakai bank itu mereka masuk ke bidang-bidang lain,” katanya kepada Bisnis, Minggu (23/6/2019).

Satu di antara contohnya adalah yang baru saja dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank pelat merah ini mengakuisisi 90% saham perusahaan asuransi umum PT Bringin Sejahtera Artha Makmur (BRINS). Menurut Hans, asuransi adalah satu perusahaan yang terbilang baik untuk mendongkrak pendapatan.

Sementara itu, perusahaan asuransi seperti BRINS akan lebih leluasa melakukan ekspansi bisnis karena disokong BRI yang memiliki permodalan kuat. “Asuransi juga bisa dapat network dari bank untuk menjual produk. Kemudian pendapatan asuransi bisa menopang pendapatan bank,” jelasnya.

Dia memperkirakan pertumbuhan anorganik yang dilakukan BRI akan diikuti oleh bank papan atas lain. Mencaplok perusahaan finansial yang bergerak di bidang lain atau bank kecil hingga menengah akan menjadi pilihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini